Ahad 18 Sep 2022 15:10 WIB

Rusia Bantah Kekejaman di Izium

Ukraina menemukan bukti baru penyiksaan pada orang-orang yang dikuburkan di Izium

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Pemandangan kuburan tak dikenal dari warga sipil dan tentara Ukraina di sebuah kuburan di daerah yang baru saja direbut kembali di Izium, Ukraina, Kamis, 15 September 2022 yang telah dibunuh oleh pasukan Rusia menjelang awal perang. Sebuah kuburan massal tentara Ukraina dan warga sipil tak dikenal ditemukan di hutan kota Izium yang baru saja direbut kembali.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Pemandangan kuburan tak dikenal dari warga sipil dan tentara Ukraina di sebuah kuburan di daerah yang baru saja direbut kembali di Izium, Ukraina, Kamis, 15 September 2022 yang telah dibunuh oleh pasukan Rusia menjelang awal perang. Sebuah kuburan massal tentara Ukraina dan warga sipil tak dikenal ditemukan di hutan kota Izium yang baru saja direbut kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, IZIUM -- Moskow tidak memberikan komentar tentang kuburan yang ditemukan di Kota Izium, salah satu kota di timur laut  yang berhasil Ukraina rebut kembali dari Rusia pada awal bulan ini. Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan penyidik menemukan bukti baru penyiksaan pada orang-orang yang dikuburkan di kota itu.

Kepala pemerintah pro-Rusia meninggalkan wilayah itu pada awal bulan ini. "Saya tidak mendengar apa-apa tentang pemakaman," kata Vitaly Ganchev pada stasiun televisi pemerintah Rusia, Rossiya-24, Ahad (18/9/2022).

Baca Juga

Presiden Rusia Vladimir Putin tidak merespon tuduhan Zelenskyy. Tapi ia mengecilkan keberhasilan serangan balik Ukraina. Ia mengatakan invasi Rusia merupakan langkah yang diperlukan untuk mencegah rencana Barat memecah belah Rusia.

"Pihak berwenang Kiev mengumumkan mereka telah meluncurkan dan menggelar operasi serangan balik aktif, ya, mari lihat bagaimana perkembangannya, bagaimana akhirnya," kata Putin dalam pertemuan di Organisasi Kerja Sama Shanghai di Samarkand, Uzbekistan, Jumat (17/9/2022) lalu.

Putin memperingatkan Moskow akan merespon dengan keras bila pasukannya terus tertekan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di satu titik ia akan menggunakan senjata yang tidak konvensional seperti senjata kimia atau nuklir kecil.

Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi CBS News Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mendesak Putin tidak menggunakan senjata kimia atau nuklir taktis dalam merespon kemenangan Ukraina di sejumlah wilayah. Ukraina memukul mundur pasukan Rusia dalam pertempuran di sebelah timur laut negara itu.

Para nasionalis Rusia pun menekan Putin untuk segera merebut kembali wilayah-wilayah tersebut. Dalam program 60 Minutes, Biden ditanya apa yang akan ia sampaikan pada Putin bila Presiden Rusia itu mempertimbangkan senjata semacam ini.

"Jangan, jangan, jangan, itu akan mengubah wajah perang ke arah yang tidak pernah kita lihat sebelumnya sejak Perang Dunia II," kata Biden dalam cuplikan wawancara tersebut, Sabtu (17/9/2022).

Beberapa pengamat militer memperingatkan Rusia juga mungkin merekayasa insiden nuklir di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia. Rusia menduduki PLTN terbesar di Eropa itu. Rusia dan Ukraina saling menyalahkan siapa yang melepaskan tembakan dekat PLTN itu.

Pemantau nuklir PBB mengatakan salah satu dari empat jaringan listrik utama PLTN itu sudah diperbaiki dan menyalurkan listrik lagi. Ukraina juga menggelar serangan balik untuk merebut kembali daerah-daerah yang diduduki Rusia di selatan.

Ukraina berharap dapat mengepung ribuan pasukan Rusia dengan memotong pasokan mereka dari tepi sungai Dnipro dan merebut kembali Kherson. Satu-satunya kota besar yang berhasil Rusia duduki sejak awal perang.

Kantor berita Tass melaporkan pasukan keamanan Rusia melepaskan tembakan ke kelompok bersenjata dan berhasil "menetralisir" mereka. Kantor berita RIA mengutip sumber keamanan yang mengatakan kelompok itu terlibat dalam "sabotase dan pengintaian", tapi tidak memberikan detailnya lebih lanjut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement