Ahad 16 Oct 2022 15:21 WIB

Penyandang Disabilitas tak Terlibat Dalam Perencanaan Mitigasi Iklim

Penyandang disabilitas tidak dimasukkan ke dalam rencana mitigasi iklim.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Penyandang Disabilitas
Foto:

Penyandang disabilitas bukanlah bagian kecil dari populasi.  Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada lebih dari satu miliar orang di dunia yang hidup dengan disabilitas pada 2011. Jumlah ini merupakan 15 persen dari populasi global pada saat itu.  Belum lama ini para peneliti dari Disability Data Initiative memperkirakan, persentase penyandang disabilitas rata-rata mencapai 12,6 persen di 41 negara.

“Kami masih mengecewakan penyandang disabilitas, terutama orang-orang yang terpinggirkan, sebelum, selama dan setelah bencana,” CEO World Institute on Disability, Marcie Roth, kepada Kongres AS pada Juli.  

Contoh nyata dari kegagalan ini terjadi di Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) pada November 2021. Menteri Energi Israel Karine Elharrar, yang menggunakan kursi roda, dilarang memasuki acara konferensi oleh petugas polisi.  Sehari kemudian, setelah insiden itu dipublikasikan, penyelenggara konferensi dan pemerintah Inggris membangun jalur agar dia bisa hadir.

“Apa yang terjadi pada menteri energi terjadi pada kita sepanjang waktu,” kata Yolanda Muñoz, seorang profesor di Universitas McGill dan salah satu pendiri Program Penelitian Aksi Iklim Inklusif Disabilitas.

Petugas kebijakan untuk Learning Disability Wales, Grace Krause, mengatakan, krisis iklim tidak hanya memengaruhi penyandang disabilitas fisik. Krause mengkhawatirkan sedikitnya informasi tentang perubahan iklim yang disajikan dalam format yang "mudah dibaca" untuk orang-orang dengan cacat kognitif tertentu.  Format tersebut menggunakan kalimat-kalimat pendek, suara aktif dan penjelasan dari setiap kata, dan ide yang kompleks dalam kalimat terpisah.

Pada 2019, Dewan Hak Asasi Manusia PBB mengadopsi resolusi yang menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil tindakan iklim yang inklusif bagi penyandang disabilitas. Tetapi masih belum banyak tindakan yang diambil atas seruan tersebut.

Sejauh ini, ada dua acara terkait disabilitas di COP26. Pertama, tentang mendesain kota yang tahan iklim dan dapat diakses. Kedua, tentang kesehatan mental dan aksi iklim. Tetapi keduanya adalah acara pendukung.  Inklusi disabilitas dalam aksi iklim jarang menjadi panggung utama.

Julia Watts Belser, profesor Universitas Georgetown yang menggunakan kursi roda, mengatakan, keterlibatan penyandang disabilitas dalam perencanaan mitigasi dan adaptasi iklim sangat penting. Belser memimpin inisiatif mengeksplorasi persimpangan perubahan iklim dan disabilitas di Georgetown dan mengajar  kelas yang disebut Disabilitas, Etika, Ecojustice.

“Saya berpikir tentang keinginan kita sebagai masyarakat untuk berinvestasi dalam infrastruktur bagi komunitas kita sehingga kita lebih mampu beradaptasi dan merespons. Jadi kita tidak meninggalkan orang untuk mati," ujar Belser.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement