Kritikus menuduh bahwa vaksin Sanofi diluncurkan sebelum waktunya kepada sekitar 800 ribu anak di seluruh Filipina. Banyak ilmuwan dan pejabat didakwa karena memperkenalkan vaksin dengan tergesa-gesa, yang menurut jaksa mengakibatkan kematian.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebelumnya menyimpulkan bahwa vaksin Sanofi Pasteur aman. Belakangan, WHO mengatakan anak-anak hanya boleh diimunisasi jika mereka diuji terlebih dahulu untuk memastikan sudah terkena demam berdarah.
EMA menyatakan dukungannya terhadap vaksin Takeda dan menyebut bahwa kebutuhan kesehatan masyarakat global yang belum terpenuhi sedang ditangani. Selain itu, EMA juga menjelaskan bahwa negara-negara di luar Uni Eropa harus memiliki keyakinan bahwa vaksin itu tersebut aman dan efektif.
Setelah malaria, DBD adalah penyebab demam yang paling banyak didiagnosis pada pelancong Eropa yang kembali dari negara berkembang. Pada bulan September lalu, Indonesia menjadi negara pertama yang melisensikan vaksin Takeda.