Jumat 04 Nov 2022 06:21 WIB

Cerita Petani Cabai di Pakistan yang Merana Gara-Gara Perubahan Iklim

Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Cabai (ilustrasi). Cuaca yang mudah berubah menghancurkan cabai yang ditanam. Hal ini berdampak terhadap petani cabai di Pakistan.
Foto:

Sekarang banjir menimbulkan serangkaian tantangan baru. "Datang ke perubahan iklim: bagaimana kita mengatasinya?" katanya. 

"Perencanaan harus dilakukan dalam skala yang sangat besar. Empat saluran air yang dulunya membawa (kelebihan) air ke laut harus dihidupkan kembali. Untuk itu kami harus mengambil beberapa keputusan yang sangat sulit ... tetapi kami tidak punya pilihan lain," ujarnya. 

Banyak petani mengatakan mereka telah menghadapi keputusan sulit. Saat banjir menggenangi lahan pertaniannya beberapa bulan lalu, petani Kunri Faisal Gill memutuskan untuk mengorbankan tanaman kapasnya demi menyelamatkan cabai.

"Kami membangun tanggul di sekitar ladang kapas dan memasang pompa, dan menggali lubang di tanaman cabai untuk mengumpulkan air dan memompanya ke ladang tanaman kapas, karena kedua tanaman itu ditanam berdampingan," kata Gill.

Menghancurkan tanaman kapas memungkinkan Gill untuk menghemat hanya 30 persen dari panen cabainya. Hasil ini lebih baik daripada tidak sama sekali.

Sedangkan di pasar grosir cabai Kunri yang ramai Mirch Mandi, efeknya juga terasa. Meskipun gundukan cabai merah cerah memenuhi pasar, para pedagang mengatakan, ada penurunan besar pada tahun-tahun sebelumnya.

“Tahun lalu, saat ini, dulu ada sekitar 8.000 hingga 10.000 karung cabai di pasar,” kata pedagang Raja Daim.

 

“Tahun ini, sekarang bisa dilihat di sini hampir 2.000 kantong, dan ini adalah hari pertama dalam seminggu. Besok, dan lusa, itu akan menjadi lebih sedikit lagi,” katanya.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement