REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) mengecam keras penembakan mantan perdana menteri Pakistan, Imran Khan saat tengah memimpin aksi unjuk rasa menentang pemilihan cepat. AS meminta para pihak untuk tetap damai.
"Amerika Serikat mengutuk keras serangan terhadap Imran Khan dan para pendukungnya dan berharap untuk pemulihan cepat semua yang terluka," kata sekretaris pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre.
Khan ditembak di tulang kaki keringnya pada Kamis (3/11/2022) ketika konvoi protes anti-pemerintahnya diserang di timur negara itu. Menurut para pendukung Khan, ini adalah upaya pembunuhan yang jelas oleh para pesaing.
Khan digulingkan sebagai perdana menteri dalam mosi tidak percaya parlemen pada bulan April. Pada Kamis (3/11/2022) ia tengah melambai kepada ribuan pendukung yang bersorak dari atap truk kontainer ketika tembakan terdengar.
Beberapa orang dalam konvoinya terluka dalam serangan di Wazirabad, hampir 200 km dari ibu kota Islamabad. Menteri Penerangan Marriyum Aurangzeb mengatakan seorang tersangka telah ditangkap.
"Itu adalah upaya pembunuhan yang jelas. Khan terkena tapi dia stabil. Ada banyak pendarahan," kata Fawad Chaudhry, juru bicara partai Khan, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).
"Jika penembak tidak dihentikan oleh orang-orang di sana, seluruh pimpinan PTI akan musnah," ujarnya menambahkan.
Dokter Faisal Sultan, yang juga kepala rumah sakit Lahore tempat mantan perdana menteri dirawat mengungkapkan bahwa Khan telah melewati masa bahaya. Dia mengatakan pemindaian awal dan rontgen menunjukkan pecahan peluru di kaki Khan.
Dalam sebuah pernyataan video, Asad Umar, salah satu ajudan utama Khan, mengatakan Khan percaya bahwa Perdana Menteri Shehbaz Sharif, Menteri Dalam Negeri Rana Sanaullah dan pejabat intelijen Mayor Jenderal Faisal Naseer berada di balik serangan itu. Umar tidak memberikan bukti untuk mendukung tuduhan tersebut.