REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Militer Korea Utara (Korut) mengatakan pada 2 November lalu mereka menembakan dua rudal jelajah "strategis" ke arah perairan Korea Selatan (Korsel) di Ulsan. Kota di tenggara, di mana pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Korsel berada.
Pada Senin (7/11/2022) pemerintah Korsel mengatakan klaim tersebut "tidak benar" dan tidak ada rudal yang terlacak di sana. Pengamat mengatakan beberapa foto yang dirilis media pemerintah Korsel tampaknya berasal dari peluncuran sebelumnya pada tahun ini.
Dalam pernyataan yang dirilis kantor berita KCNA, militer Korut mengatakan tembakan itu termasuk peluncuran dua "rudal balistik taktis dengan hulu ledak dispersi" untuk uji coba "hulu ledak khusus yang berfungsi melumpuhkan sistem operasi komando musuh" dan "serangan penuh mendadak" yang melibatkan 500 pesawat tempur.
Peneliti pertahanan dari lembaga think-tank International Institute for Strategic Studies Joseph Dempsey mengatakan angka 500 pesawat tempur akan mewakili semua pesawat tempur Korut. Tampaknya sebagian besar pesawat berusia 40 sampai 80 tahun dan tidak dapat digunakan atau aktif terbang.
"Angka 500 tampaknya dilebih-lebihkan atau setidaknya menyesatkan," cicitnya di Twitter.
Staf Umum Angkatan Bersenjata Korut (KPA) menuduh Seoul dan Washington sengaja membuat "konfrontasi semakin tidak stabil". Pyongyang berjanji akan membalas latihan gabungan Korsel dan Amerika Serikat (AS) dengan "resolusi berkelanjutan dan kebijakan militer praktis yang kuat."
"Semakin gigih musuh melanjutkan provokasi militer, semakin menyeluruh dan keras KPA akan membalasnya," kata militer Korut dalam pernyataan mereka.
Pengamat mengatakan foto-foto yang dirilis media pemerintah Korut menunjukkan jenis atau varian rudal antar-benua (ICBM) yang belum pernah dilaporkan. "Terlalu lugas dalam pernyataan mereka, tapi rancangannya tidak sesuai dengan yang telah kami lihat sebelumnya," kata pakar rudal Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda.
Ia mengatakan peluncuran yang dilakukan Korut mungkin dilakukan untuk tujuan pengembangan untuk mengevaluasi subsistem rudal. Termasuk mungkin multiple independently targetable reentry vehicles (MIRV), yang membuat satu rudal menjatuhkan hulu ledak nuklir ke beberapa target.
"Ini jelas rudal berukuran ICBM," kata Panda.
Asisten profesor di Pusat Kajian Non-Proliferasi, George William Herbert dan konsultan rudal mengatakan foto-foto yang ditunjukan Korut tampaknya hidung baru rudal ICBM Korut Hwangsong-15. Rudal itu pertama kali diuji coba pada 2017.
Ia mengatakan bentuk hidung atau bagian depan rudal berbeda dan tampaknya lebih besar dibandingkan untuk membawa 200 sampai 300 kiloton rudal dan tampaknya telah diuji 2017 lalu. Herbert mengatakan bentuknya lebih cocok membawa satu hulu ledak besar dibandingkan membawa banyak hulu ledak kecil seperti MIRV.