REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) menembakan apa yang dicurigai sebagai rudal antar-benua (ICBM) yang dapat mencapai Amerika Serikat (AS) dan mendarat hanya 200 kilometer dari Jepang. Peluncuran ini dilaporkan pemerintah Korea Selatan (Korsel) dan Jepang.
"Pyongyang mencoba mengganggu kerja sama internasional yang menentangnya dengan meningkatkan ketegangan militer dan mengindikasi mereka memiliki kemampuan membawa kota-kota Amerika ke resiko serangan nuklir," kata profesor di Ewha University di Seoul, Leif-Eric Easley, Jumat (18/11/2022).
Peluncuran ini digelar satu hari setelah Korut menembakan rudal yang lebih kecil sebagai peringatan "respon militer keras" atas langkah AS meningkatkan kehadirannya di kawasan. Barat khawatir Korut akan menggelar uji coba senjata nuklir pertamanya sejak 2017 lalu.
Pejabat Korsel dan AS mengatakan Korut sudah menyelesaikan persiapan untuk menggelar uji coba tersebut. Kemungkinan tes dilakukan di bawah tanah dan menggunakan perangkat nuklir lebih kecil yang dirancang untuk penggunaan taktis.
Resolusi Dewan Keamanan PBB melarang Korut menggelar uji coba rudal balistik. PBB telah menerapkan sanksi ke negara itu tas program nuklir dan rudalnya.
Pemerintah AS dan Korsel melaporkan sejumlah uji coba rudal ICBM Korut tahun ini mengalami kegagalan. Termasuk uji coba pada 3 November lalu yang tampaknya gagal di ketinggian tinggi.
Pada 24 Maret lalu Korut menggelar uji coba ICBM terbesarnya yang terbang selama 67,5 menit. Media pemerintah Korut melaporkan rudal itu terbang hingga ketinggian 6,248.5 kilometer.
Selama Korsel dan AS menggelar latihan militer gabungan Korut juga menembakan ratusan artileri ke laut. Beberapa tembakan mengarah ke Jepang.