Six Raiders sedang dalam produksi. Angkatan Udara berencana untuk membangun 100 unit yang dapat menggunakan senjata nuklir atau bom konvensional dan dapat digunakan dengan atau tanpa awak manusia.
Angkatan Udara dan Northrop juga menunjukkan perkembangan Raider yang relatif cepat. Pembom tersebut beralih dari rencana kontrak menjadi debut dalam tujuh tahun. Program pesawat tempur dan kapal baru lainnya telah memakan waktu puluhan tahun.
Biaya pembom baru ini tidak diketahui. Angkatan Udara sebelumnya menetapkan harga dengan biaya rata-rata masing-masing 550 juta dolar AS pada nilai 2010 atau kira-kira senilai 753 juta dolar AS hari ini, Namun tidak jelas berapa banyak yang sebenarnya dibelanjakan. Totalnya akan tergantung pada berapa banyak pembom yang dibeli Pentagon.
“Kami akan segera menerbangkan pesawat ini, mengujinya, dan kemudian memproduksinya. Dan kami akan membangun kekuatan pengebom dalam jumlah yang sesuai dengan lingkungan strategis ke depan,” kata Austin.
Sedangkan B-2 juga diharapkan mengisi armada lebih dari 100 pesawat, tetapi Angkatan Udara hanya membangun 21, karena pembengkakan biaya dan lingkungan keamanan yang berubah setelah Uni Soviet jatuh. Lebih sedikit dari itu yang siap terbang pada hari tertentu karena kebutuhan perawatan yang signifikan dari pembom yang menua.
Warden mengatakan, B-21 Raider yang mengambil namanya dari Doolittle Raid 1942 di Tokyo akan sedikit lebih kecil dari B-2 untuk meningkatkan jangkauannya. Jenis itu tidak akan melakukan penerbangan pertamanya hingga 2023.
Tapi Warden mengatakan, Northrop Grumman telah menggunakan komputasi canggih untuk menguji kinerja pembom menggunakan digital twin, replika virtual dari yang diluncurkan Jumat. Pangkalan Angkatan Udara Ellsworth di South Dakota akan menampung program pelatihan dan skuadron pertama pembom, meskipun pembom juga diharapkan ditempatkan di pangkalan di Texas dan Missouri.