REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Australia mengatakan akan mempercepat rencana membeli ranjau laut canggih untuk melindungi rute maritim dan pelabuhannya dari "potensi agresor". Sementara China berencana meningkatkan pengaruhnya di kawasan Pasifik.
Dalam pernyataannya juru bicara Departemen Pertahanan Australia mengatakan ranjau laut cerdas yang hendak dibeli dirancang untuk dapat membedakan target militer dan jenis kapal lain.
"(Australia) mempercepat pembelian ranjau laut cerdas, yang akan membantu mengamankan jalur komunikasi laut dan melindungi pendekatan maritim Australia," katanya, Senin (23/1/2023).
"Ranjau laut modern memiliki kemampuan besar dalam mencegah agresor potensional," tambahnya.
Meski departemen pertahanan tidak mengungkapkan detail lebih jelas, surat kabar Sydney Morning Herald melaporkan Canberra akan menggelontorkan 1 miliar dolar Australia atau sekitar 698 juta dolar AS untuk membeli senjata canggih bawah laut.
Harian itu mengutip sumber dari departemen pertahanan yang mengatakan pemerintah federal akan segera mengumumkan kontrak untuk membeli ranjau laut "dalam jumlah banyak" dari pemasok senjata di Eropa. Di stasiun televisi ABC, Perdana Menteri Anthony Albanese mengatakan tidak akan "menghindari masalah keamanan nasional."
"Apa yang kami butuhkan adalah memastikan kami memiliki pertahanan terbaik, maka kami melihat pertahanan rudal, kami melihat keamanan siber, kami melihat semua masalah-masalah ini," kata Albanese.
China berencana meningkatkan kehadirannya di Pasifik dan tahun lalu menandatangani kesepakatan kerja sama keamanan dengan Kepulauan Solomon. Kesepakatan itu membuat Amerika Serikat (AS) dan Australia yang sangat berpengaruh di kawasan, khawatir.
Beberapa tahun terakhir Australia menaikan anggaran pertahanannya. Termasuk pembelian kapal selam nuklir dari AS dan Inggris pada tahun 2021.