REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Seorang pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan wakilnya Wendy Sherman sudah mengajukan protes pada Kedutaan Besar China mengenai balon mata-mata yang terbang di Montana. Protes dilakukan satu hari sebelum Pentagon mengumumkan balon tersebut ke publik.
Informasi itu disampaikan pejabat yang tidak disebutkan namanya, Sabtu (4/2/2023). Peristiwa ini membuat Blinken membatalkan kunjungannya ke China.
Pertemuan Blinken dengan pemerintah China yang sudah lama dinantikan dinilai membuka pintu kedua negara untuk mencapai titik temu sejumlah masalah yang tak kunjung disepakati. Sebut saja isu Taiwan, hak asasi manusia, klaim China di Laut Cina Selatan, Korea Utara, perang Rusia di Ukraina, kebijakan perdagangan dan perubahan iklim.
Meski kunjungan yang disepakati bulan November lalu ketika Presiden AS Joe Biden bertemu Presiden China Xi Jinping di pertemuan G-20 di Bali, Indonesia, tidak resmi diumumkan tetapi beberapa hari terakhir pejabat Beijing dan Washington sudah berkomunikasi membahas kunjungan Blinken yang seharusnya dilakukan pada Ahad (5/2/2023) dan Senin (6/2/2023).
China menanggapi protes dari AS dengan tenang. Beijing selalu geram pada upaya pengintaian AS di area yang mereka klaim bagian dari wilayahnya dan peran penembak jitu pesawat mata-mata AS dan menahan awaknya di Pulau Hainan.
Kementerian Luar Negeri China mengeluarkan pernyataan permintaan maaf dengan mengatakan balon itu merupakan pesawat terbang sipil yang digunakan untuk penelitian meteorologi. China mengatakan balon itu memiliki kemampuan terbang sendiri "yang terbatas" dan angin "mengubah arahnya".
"Pihak China menyesali force majeure (peristiwa di luar kendali) menyebabkan pesawatnya tidak sengaja masuk ke ruang udara AS," kata China dalam pernyataan tersebut.