REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pakar mengatakan balon mata-mata China yang ditemukan di Montana, Amerika Serikat (AS) merupakan sinyal dari Beijing ke Washington. Pada Kamis (2/2/2023) lalu Pentagon mengatakan balon tersebut digunakan untuk mengintai lokasi militer sensitif AS.
"Beijing mungkin mencoba memberi sinyal ke Washington: "Sementara kami ingin memperbaiki hubungan, kami juga siap untuk mempertahankan persaingan, menggunakan cara apa pun yang dibutuhkan" tanpa memperpanas ketegangan lebih parah," kata pengamat kekuatan udara He Yuan Ming pada BBC, Jumat (3/2/2023).
"Dan alat apa yang lebih baik dibandingkan balon yang tampak tidak berbahaya," tambahnya.
AS menanggapi serius kemunculan balon tersebut sehingga Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menunda kunjungannya ke China yang dijadwalkan 5 dan 6 Februari. BBC melaporkan balon udara merupakan teknologi pengintai paling tua.
Militer Jepang menggunakannya untuk meluncurkan bom di AS selama Perang Dunia II. AS dan Uni Soviet juga sering menggunakan balon udara selama Perang Dingin.
Baru-baru ini AS dilaporkan mempertimbangkan menambah ketinggian balon dalam jaringan pengintaian Pentagon. Balon modern dapat terbang antara 24 sampai 37 kilometer dari permukaan bumi.
China membantah balon tersebut merupakan alat spionase dan mengaku hanya merupakan alat untuk penelitian meteorologi. Beijing mengklaim balon itu tertiup angin hingga keluar dari jalurnya.
Namun He Yuan Ming mengatakan lintasan balon yang berada di dekat pangkalan rudal menunjukkan tidak mungkin balon itu keluar dari jalur. Koordinator program kajian China di Rajaratnam School of International Studies, Singapura, Benjamin Ho mengatakan Beijing memiliki teknologi pengintaian yang lebih canggih.
"Mereka memiliki cara lain untuk memata-matai infrastruktur Amerika atau informasi apa pun yang ingin mereka dapatkan. Balon untuk mengirim sinyal pada Amerika, dan juga untuk melihat bagaimana reaksi Amerika," kata Ho.
Kemungkinan China ingin AS mendeteksi balonnya.
"Mungkin saja 'ketahuan' merupakan intinya. China mungkin menggunakan balon untuk menunjukkan kemampuan teknologi canggih untuk menyusup ke ruang udara AS tanpa menimbulkan resiko meningkatkan eskalasi serius, mengenai hal itu, balon merupakan pilihan yang ideal," kata Arthur Holland Michel dari Carnegie Council for Ethics in International Affairs.