REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Gempa berkekuatan 7,8 M yang mengguncang Turki dan Suriah telah menewaskan lebih dari 1.800 orang. Jumlah korban diperkirakan masih akan terus bertambah mengingat proses pencarian masih terus berlanjut.
Gempa di sebelah tenggara Turki itu merupakan yang terkuat sejak gempa yang juga berkekuatan 7,8 Skala Richter meluluhlantakkan Provinsi Erzincan pada 1939 dan merenggut 30 ribu nyawa.
Sejumlah laporan media asing menyebutkan, gempa bumi dahsyat yang melanda Turki ini sering terjadi karena Turki berada jalur gempa yang termasuk paling aktif di dunia, terutama karena adanya dua patahan di Lempeng Anatolia.
Namun siapa sangka Frank Hoogerbeets, seorang yang disebut pakar dari SSGEOS, dalam statusnya di Twitter sempat memperkirakan gempa dari pusat gempa saat ini. Ia mengunggahnya pada 3 Februari 2022 lalu.
"Sooner or later there will be a ~M 7.5 #earthquake in this region (South-Central Turkey, Jordan, Syria, Lebanon). #deprem," tulis Fran Hoogerbets dengan mengunggah peta serta pusat gempanya.
Ada ribuan balasan yang mengomentari statusnya. Salah satunya Serkan Tanyildizi. "7,4 earthquake from this region 😔"
Kemudian akun netizen Mona menuliskan rasa dukanya buat rakyat Turki dan Suriah. "They're reporting 7.8 :'( Our thoughts and prayers with the people of Turkiye and Syria ❤️🙏."
Sementara ini pada hari ini, Frank Hoogerbeets menyampaikan rasa dukanya yang mendalam atas gempa hebat tersebut. Ia kembali mengutip pernyataan sebelumnya soal cepat atau lambat gempa akan terjadi di daerah itu. Sama seperti pada 115 dan 225 tahun lalu. "These earthquakes are always preceded by critical planetary geometry, as we had on 4-5 Feb," tulisnya.
Hingga kini memang tidak ada bukti nyata bahwa gempa bisa diperkirakan tanggal dan waktunya secara persis. Para ilmuwan selama ini hanya mengetahui potensi gempa yang mungkin terjadi.