Kamis 09 Feb 2023 13:09 WIB

Cerita Tragis Satu Keluarga: Lari dari Gaza, Tinggal di Turki dan Meninggal Akibat Gempa

70 warga Palestina ditemukan tewas pascagempa mengguncang Antakya, Turki.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Gempa berkekuatan terjadi M 7,4 di selatan Turki, tepatnya di Kahramanmaras, Gaziantep, Osmaniye, Senin (6/2/2023).
Foto: Dok. Dompet Dhuafa
Gempa berkekuatan terjadi M 7,4 di selatan Turki, tepatnya di Kahramanmaras, Gaziantep, Osmaniye, Senin (6/2/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Dua belas tahun lalu, Abdel-Karim Abu Jalhoum melarikan diri dari perang dan kemiskinan di wilayah Palestina di Gaza demi keamanan dan hidup yang layak, tinggal di Antakya, wilayah Turki. Namun pada Senin (6/2/2023) menjelang shalat subuh, gempa besar mengguncang wilayah tenggara Turki yang berbatasan dengan Suriah.

Guncangan keras terjadi di seluruh wilayah Turki yang berbatasan dang Suriah itu, mulai dari Gaziantep hingga Iskandarun, termasuk Antakya yang juga bagian dari provinsi Hatay, Turki. Gempa tersebut dan gempa susulan berikutnya, telah menghancurkan sebagian Turki dan Suriah, tidak terkecuali menewaskan seluruh keluarga Abu Jalhoum.

Baca Juga

Kabar dari Kementerian luar negeri Palestina mengatakan Abu Jalhoum, istrinya Fatima, dan empat anak mereka, termasuk di antara 70 warga Palestina yang ditemukan tewas. Jumlah korban tewas secara keseluruhan dalam gempa tersebut telah melampaui 11.000 jiwa.

"Saudaraku pergi ke Turki untuk mencari kehidupan yang lebih baik jauh dari perang dan blokade di sini di Gaza," kata saudara laki-laki Abu Jalhoum, Ramzy, 43, kepada Reuters, Rabu (9/2/2023).

Ramzy menceritakan kisah duka tersebut ketika semua kerabatnya dan tetangga di Palestina mendapat kabar duka dari rumah keluarga di kota Beit Lahiya di Jalur Gaza utara. Semua keluarga dekat di Palestina berkumpul, pada Rabu untuk berdoa dan memberi penghormatan rasa duka.

"Kami ikut kehilangan keluarga. Seluruh keluarga dihapus dari catatan-catatan sipil," kata Ramzy.

Abu Jalhoum telah bekerja sebagai sopir taksi di Gaza tetapi ia memilih berjuang untuk menghidupi keluarga barunya, dengan pergi merantau pada 2010 ke Turki. Di sana, dia bekerja di sebuah pabrik kayu di Antakya, dan istrinya Fatima serta anak-anak mereka.

Ramzy menceritakan, di Antakya, Abu Jalhoum hidup cukup baik dan menjanjikan dari di Gaza. Ia telah menjadi ayah berusia 50 tahun, istrinya Fatima berusia 33 tahun dan anak-anak mereka, Noura 16 tahun, Bara 11 tahun, Kenzi 9 tahun dan Mohammad anak bungsu mereka yang berusia 3 tahun yang lahir di Turki. Nasib yang baik itu, membuat Abu Jalhoum enam bulan lalu pindah ke apartemen baru bersama keluarga.

Namun nahas, saat kejadian gempa besar di Senin itu, beberapa jam setelah gempa, keluarga besar di Palestina berusaha mati-matian untuk melakukan kontak, memanggil semua orang yang dapat memberikan informasi apapun. Pada akhirnya di hari Selasa, mereka mengenali keluarga tersebut dalam sebuah foto yang memperlihatkan mereka terkubur di bawah reruntuhan, tak bernyawa.

Dalam gambar tersebut, Abu Jalhoum terlihat memeluk anak-anaknya, tampaknya berusaha melindungi mereka dengan tubuhnya sendiri saat rumah mereka runtuh menimpa mereka. Hingga kini, tidak ada angka pasti berapa banyak orang Palestina yang tinggal di Turki, tetapi banyak, terutama dari Gaza, dalam beberapa tahun terakhir pindah ke Turki, melarikan diri dari wilayah padat penduduk yang telah sering menyaksikan perang yang telah menyebabkan ekonomi hancur.

Badan bantuan PBB UNRWA memperkirakan sekitar 438.000 pengungsi Palestina tinggal di Suriah. Otoritas Palestina, yang memiliki aturan terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, mengatakan telah mengirim misi penyelamatan ke daerah yang terkena dampak.

Di rumah keluarga besar Abu Jalhoum di Beit Lahiya, ibu Abu Jalhoum, Wedad, berdoa agar jenazah mereka dapat dikembalikan ke rumah untuk dimakamkan. "Saya tidak melihat putra saya, atau anak-anaknya selama 12 tahun," kata ibu yang menangis, berpakaian hitam dan dikelilingi tetangga.

"Saya ingin anak-anak saya, saya ingin melihat mereka dan mengucapkan selamat tinggal kepada mereka."

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement