REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Kementerian Pertahanan Cina menolak panggilan dari Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin setelah penembakan balon mata-mata. Washington dinilai tidak menciptakan suasana yang tepat untuk dialog dan pertukaran.
Juru bicara Kementerian Pertahanan Cina Tan Kefei menyatakan, tindakan AS telah secara serius melanggar norma-norma internasional dan menjadi preseden yang merusak. "Mengingat pendekatan yang tidak bertanggung jawab dan sangat salah oleh AS ini tidak menciptakan suasana yang tepat untuk dialog dan pertukaran antara kedua militer, Cina tidak menerima proposal AS untuk panggilan telepon antara dua menteri pertahanan,” katanya seperti dikutip dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Kamis (9/2/2023) malam.
Tan menegaskan, Cina berhak menggunakan sarana yang diperlukan untuk menghadapi situasi serupa. Beijing menyatakan, benda yang terbang di wilayah Washington adalah balon cuaca sipil yang telah diterbangkan, tetapi tidak mengatakan milik siapa atau memberikan rincian lainnya.
Setelah awalnya mengungkapkan "penyesalan" atas insiden tersebut, retorika Cina telah mengeras dalam beberapa hari terakhir. Pernyataan itu bermunculan ketika Biro Investigasi Federal AS (FBI) mengumpulkan puing-puing balon itu dari lokasi jatuhnya di lepas pantai Carolina Selatan dan mengirimkannya ke laboratorium FBI di Quantico, Virginia, untuk penyelidikan.
Cina pun menyatakan, AS bereaksi berlebihan dengan menembak jatuh balon tersebut. Kementerian Luar Negeri menyebut tindakan itu tidak bertanggung jawab dan menyebut klaim AS bahwa benda itu memata-matai bagian dari perang informasi pihak AS melawan Cina.
Pentagon menyatakan, Austin telah berusaha untuk membahas masalah balon dengan Menteri Pertahanan Cina Wei Fenghe pada Sabtu (11/2/2023). Hanya saja permintaan ini ditolak.
Setelah insiden itu, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken membatalkan perjalanan yang direncanakan ke Beijing pekan ini. Padahal perjalanan itu diharapkan akan membantu menstabilkan hubungan bilateral yang telah jatuh ke level terendah dalam beberapa dekade.
AS mengatakan balon itu adalah bagian dari program pengawasan udara besar terkait militer yang menargetkan lebih dari 40 negara di bawah arahan Tentara Pembebasan Rakyat Cina. Balon serupa telah berlayar di lima benua.