REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO - Pejabat senior Jepang dan Cina pada Rabu (22/2/2023) memulai dialog keamanan pertama mereka dalam empat tahun dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan rasa saling percaya di tengah perselisihan atas dugaan balon mata-mata yang diterbangkan oleh Beijing.
Pada pertemuan di Tokyo itu, para pejabat urusan luar negeri dan pertahanan kedua negara kemungkinan sepakat terus bekerja sama membangun hubungan bilateral yang konstruktif dan stabil, kata beberapa nara sumber pemerintah Jepang.
Dari pihak Jepang, Deputi Senior Menteri Luar Negeri Shigeo Yamada dan Wakil Direktur Jenderal Biro Kebijakan Pertahanan Kementerian Pertahanan Atsushi Ando menghadiri pertemuan tersebut.
Sementara dari pihak Cina, Wakil Menteri Luar Negeri Sun Weidong dan Wakil Direktur Kantor Kerja Sama Militer Internasional Komisi Militer Pusat Zhang Baoqun termasuk peserta pertemuan itu.
Pertemuan terjadi diadakan setelah pekan lalu Pemerintah Jepang menyatakan sedikitnya ada tiga benda tak dikenal yang terlihat terbang di wilayah udara negara itu dari 2019 hingga 2021. Benda-benda terbang itu "diduga kuat" balon tak berawak milik Cina yang digunakan untuk spionase.
Cina membantah keterlibatan dalam spionase dan tanpa disertai bukti mengkritik Jepang telah "mengarang cerita untuk mencoreng dan menyerang" Beijing.
Beijing mendesak Tokyo agar berhenti mengikuti jejak Washington dalam membesar-besarkan isu ancaman Cina.
Untuk menghilangkan kekhawatiran atas dugaan balon mata-mata Cina, Pemerintah Jepang baru-baru ini melonggarkan persyaratan bagi pasukan bela diri untuk menggunakan senjata terhadap benda terbang tak berawak yang menyusup ke wilayah udara negara itu.
Pada 4 Februari, AS menembak jatuh benda yang tampaknya balon Cina di lepas pantai timur AS. Peristiwa itu membuat hubungan antara Washington dan Beijing semakin tegang. Dialog keamanan Jepang-Cina sebelumnya berlangsung di Beijing pada Februari 2019.
Kedua negara besar Asia itu juga tetap berselisih mengenai hak atas Kepulauan Senkaku yang dikuasai Tokyo tetapi juga diklaim Beijing dan disebut sebagai Diaoyu. Kepulauan ini terlekat di Laut Cina Timur.
Kapal penjaga pantai Cina berulang kali memasuki perairan Jepang di sekitar kepulauan tak berpenghuni itu.
Sejumlah topik lain akan dibahas selama pertemuan terkini antara Jepang dan Cina itu, antara lain mengenai tiga dokumen pertahanan utama Jepang yang diperbarui pada Desember 2022, termasuk pedoman kebijakan jangka panjang pemerintah Strategi Keamanan Nasional.
Dalam dokumen tersebut, Jepang berjanji menguatkan penangkalan mereka dengan cara mendapatkan "kemampuan serangan balik" dalam menyerang target-targetdi wilayah musuh jika terjadi keadaan darurat.
Jepang juga berjanji melipatgandakan anggaran belanja pertahanannya, dan hal ini memicu reaksi Cina.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
