Rabu 15 Feb 2023 17:25 WIB

Rusia Klaim Lebih dari 50 Negara Kirim Senjata ke Ukraina

Ukraina dapat banyak bantuan militer dari negara-negara lain

 Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur,  Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia. Prajurit Ukraina telah memasang senjata anti-pesawat S-60 era Soviet di truk untuk mobilitas dan kinerja pertempuran yang lebih baik. Kota garis depan Bakhmut, target utama pasukan Rusia, telah mengalami pertempuran sengit selama berbulan-bulan.
Foto: EPA-EFE/SERGEY SHESTAK
Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia. Prajurit Ukraina telah memasang senjata anti-pesawat S-60 era Soviet di truk untuk mobilitas dan kinerja pertempuran yang lebih baik. Kota garis depan Bakhmut, target utama pasukan Rusia, telah mengalami pertempuran sengit selama berbulan-bulan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Atase Pertahanan Kedutaan Besar Rusia untuk Indonesia Kolonel Maxim Lukianov mengatakan lebih dari 50 negara mengirimkan bantuan senjata kepada Ukraina.

"Anda bisa lihat, Ukraina dapat banyak bantuan militer dari negara-negara lain," kata Lukianov dalam arahan pers di Jakarta, Rabu (15/2/2023).

Hingga saat ini, Rusia sudah menghancurkan 385 pesawat, 208 helikopter, 3.121 pesawat tak berawak, 404 sistem rudal penangkis serangan udara, dan 4.091 meriam artileri.

Lukianov mengatakan Rusia tidak berniat menghancurkan semuanya dan perlahan membebaskan Luhansk dan Donetsk di Ukraina timur yang menjadi pangkal konflik Ukraina dan Rusia.

"Kami berusaha mengamankan infrastruktur dan warga sipil," tegas Lukianov.

Lukianov menyatakan tugas operasi militer khusus Rusia adalah apa yang disebut Rusia dengandenazifikasi dan demiliterisasi.

Pada 2014, berdasarkan perjanjian Minsk, warga Luhansk dan Donestk setuju berintegrasikan kembali dengan Ukraina dengan syarat khusus mendapatkan status otonomi khusus dari pemerintah Ukraina.

Dubes Rusia untuk Indonesia Lyudmila Georgiena Vorobieva mengatakanalih-alih berusaha beradaptasi dengan perjanjian Minsk, Ukraina melancarkan serangan militer ke Luhansk dan Donetsk.

Vorobieva mengatakan sekitar 40.000 orang tewas dan Rusia mengambil tindakan balasan untuk melindungi keamanan dan warga Luhansk dan Donetsk.

"Ini pada dasarnya tindakan melindungi diri," kata Vorobieva.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement