Kamis 16 Mar 2023 11:09 WIB

Ekspansi Pertahanan Jepang Terbentur Kesiapan Industri

Jepang meluncurkan ekspansi militer lima tahun senilai 315 miliar dolar AS

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Jepang Perkuat Militer Besar-besaran
Foto:

Terlepas dari ketegangan diplomatik, Cina adalah mitra dagang utama Jepang dan basis manufaktur utama bagi banyak perusahaan Jepang. Pada 2014, Jepang mengakhiri larangan ekspor militer. Namun hal ini tidak memacu pertumbuhan industri karena ketakutan perusahaan dan birokrat yang terlalu berhati-hati  Mitsubishi Electric adalah satu-satunya perusahaan yang menjual alutsista ke luar negeri. Pada 2020, perusahaan membuat kesepakatan untuk memasok radar ke Filipina.

Perusahaan kimia Daicel mengumumkan akan menutup unit sistem ejeksi pilotnya pada 2020, karena profitabilitas yang rendah. Sementara Sumitomo Heavy Industries pada 2021 mengatakan kepada Kementerian Pertahanan akan berhenti membuat senapan mesin. Sumitomo Heavy mengatakan, sulit mempertahankan produksi dan melatih para insinyur.  Jajak pendapat yang diterbitkan oleh pemerintah bulan ini menunjukkan adanya peningkatan dukungan publik untuk militer yang lebih besar karena ketegangan regional dengan Cina dan Korea Utara yang meningkat.

Dalam survei terhadap 1.602 orang, sebanyak 41,5 persen mengatakan ingin memperluas SDF. Jumlah ini naik dari 29,1 persen dalam jajak pendapat terakhir lima tahun lalu. Kendati demikian, perusahaan Jepang sering menyebut produk militer mereka sebagai peralatan khusus. Misalnya saja Daikin, yang 90 persen pendapatannya dari penjualan AC, tidak mencantumkan peluru artileri dan mortir di situs webnya. Daikin memproduksi peluru artileri dan mortir di pabrik Yodogawa di Osaka, Jepang barat.

“Kami tidak merahasiakan bisnis pertahanan kami, kami mengungkapkan informasi tentangnya secara teratur. Ini bukan tentang risiko reputasi," ujar juru bicara Daikin. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement