REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Seorang kontraktor warga Amerika Serikat (AS) tewas dan lima anggota layanan serta satu kontraktor lain yang juga warga Amerika Serikat lainnya terluka, ketika pesawat tak berawak yang diduga milik Iran menyerang sebuah fasilitas di pangkalan koalisi di timur laut Suriah pada Kamis (23/3/2023), kata Pentagon.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Kamis malam, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan pasukan Komando Pusat Amerika Serikat akan membalas dengan serangan udara yang presisi terhadap fasilitas di Suriah timur yang digunakan kelompok yang berafiliasi dengan Garda Revolusi Iran. Departemen Pertahanan Amerika Serikat mengatakan komunitas intelijen telah menentukan pesawat udara tak berawak itu berasal dari Iran.
“Serangan udara dilakukan sebagai tanggapan atas serangan hari ini serta serangkaian serangan baru-baru ini terhadap pasukan Koalisi di Suriah oleh kelompok yang berafiliasi dengan Garda Revolusi," kata Austin.
Semalam, video di media sosial menunjukkan ledakan di Deir Ez-Zor, Suriah, sebuah provinsi strategis yang berbatasan dengan Irak dan berisi ladang minyak.
Kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran dan pasukan Suriah menguasai daerah itu. Wilayah ini juga diduga menjadi sasaran serangan udara Israel dalam beberapa bulan terakhir, karena diduga menargetkan rute pasokan Iran.
Garda Revolusi paramiliter Iran, yang bertanggung jawab hanya kepada Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, diduga bertanggung jawab melakukan serangan dengan drone pembawa bom di luar wilayah yang lebih luas dari Timur Tengah.
Dalam beberapa bulan terakhir, Rusia telah mulai menggunakan pesawat tak berawak Iran dalam serangannya di berbagai lokasi di seluruh Ukraina sebagai bagian dari perangnya di Kyiv.
Namun Iran telah membantah bertanggung jawab atas serangan-serangan ini, meskipun negara-negara Barat dan para ahli telah mengaitkan komponen-komponen dalam pesawat tak berawak itu kembali ke Teheran.
Serangan dan tanggapan Amerika Serikat yang dilakukan merupakan upaya di kawasan untuk mengurangi ketegangan yang terus terjadi baru-baru ini.
Karena Arab Saudi dan Iran telah bekerja untuk membuka kembali kedutaan di negara masing-masing. Kerajaan Arab Saudi juga mengakui upaya untuk membuka kembali kedutaannya di Suriah, di mana Presiden Bashar Assad yang diperangi telah didukung oleh Iran dalam perang panjang negaranya.
Baca juga: Perang Mahadahsyat akan Terjadi Jelang Turunnya Nabi Isa Pertanda Kiamat Besar?
Jenderal Angkatan Darat Amerika Serikat Michael “Erik” Kurilla, kepala Komando Pusat militer Amerika, memperingatkan bahwa pasukan Amerika dapat melakukan serangan tambahan jika diperlukan.
“Kami diposisikan untuk opsi terukur dalam menghadapi setiap serangan tambahan dari Iran,” kata Kurilla dalam sebuah pernyataan.
Kantor berita SANA milik pemerintah Suriah membantah bertanggung jawab mengakui adanya serangan. Misi Suriah untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Selain itu, tidak ada reaksi langsung dari Iran atas serangan tersebut, padahal ini terjadi selama bulan suci Ramadhan. Misi Iran untuk PBB tidak segera menanggapi permintaan komentar.