Rabu 29 Mar 2023 08:12 WIB

Pelaku Penusukan di Komunitas Muslim Lisbon Diduga Seorang Pengungsi Afghanistan

Polisi sedang menyelidiki penikaman itu sebagai kemungkinan tindakan teror.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Penusukan (ilustrasi). Seorang pria yang memegang pisau besar membunuh dua wanita Portugis dan melukai beberapa orang lainnya di Ismaili Muslim Center di Lisbon pada Selasa (28/3/2023). Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki penikaman itu sebagai kemungkinan tindakan teror.
Foto: pixabay
Penusukan (ilustrasi). Seorang pria yang memegang pisau besar membunuh dua wanita Portugis dan melukai beberapa orang lainnya di Ismaili Muslim Center di Lisbon pada Selasa (28/3/2023). Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki penikaman itu sebagai kemungkinan tindakan teror.

REPUBLIKA.CO.ID, LISBON -- Seorang pria yang memegang pisau besar membunuh dua wanita Portugis dan melukai beberapa orang lainnya di Ismaili Muslim Center di Lisbon pada Selasa (28/3/2023). Polisi mengatakan mereka sedang menyelidiki penikaman itu sebagai kemungkinan tindakan teror.

Otoritas Portugis menggambarkan pria itu sebagai pengungsi dari Afghanistan yang menerima bantuan dari Komunitas Ismaili. Perwakilan masyarakat lokal Afghanistan mengatakan, tersangka diketahui memiliki masalah psikologis setelah istrinya meninggal saat keluarga mereka berada di sebuah kamp pengungsi di Yunani.

Baca Juga

Sementara polisi mengatakan kepada The Associated Press bahwa mereka sedang menyelidiki insiden penikaman itu sebagai kemungkinan tindakan ekstremis. Menteri Dalam Negeri Portugis, José Luis Carneiro secara terbuka mendesak kehati-hatian.

"Setiap analisis tergesa-gesa harus dihindari," ujar Carneiro.

Pemimpin komunitas Ismaili, Narzim Ahmad mengatakan kepada saluran TV Portugis SIC, kedua perempuan yang meninggal adalah anggota staf Portugis di Ismaili Muslim Center. Polisi maupun masyarakat tidak mengidentifikasi kedua wanita yang meninggal tersebut.

Setelah menerima laporan insiden penusukan pada Selasa pagi, petugas bergegas datang ke Ismaili Muslim Center. Ketika itu, petugas sempat berhadapan dengan pelaku yang membawa pisau. Menurut pernyataan polisi, petugas memerintahkan pelaku untuk menyerah. Pelaku kemudian ditembak ketika bergerak maju ke arah petugas. Pelaku dilarikan ke rumah sakit Lisbon untuk menerima perawatan. 

Jutaan warga Afghanistan telah melarikan diri dari kekerasan dan kemiskinan di negara mereka. Seringkali mereka mempertaruhkan nyawa untuk pergi ke Eropa.

Carneiro mengatakan, tersangka adalah pemuda yang tiba di Portugal melalui program Uni Eropa yang memindahkan pencari suaka ke negara-negara anggota untuk membantu mengurangi tekanan pada negara-negara Mediterania seperti Yunani dan Italia. Carneiro menyatakan, istri pelaku meninggal di sebuah kamp pengungsi di Yunani. Pelaku harus merawat sendiri ketiga anaknya yang berusia 9 tahun, 7 tahun, dan 4 tahun. Pihak berwenang tidak memiliki informasi mengenai catatan kriminal pelaku.

“Dari yang kami tahu, dia adalah orang yang tenang yang pernah mendapat bantuan dari komunitas Ismaili dalam hal pengetahuan bahasa, pemberian makanan, pengasuhan anak-anak kecil,” kata Carneiro.

Presiden Asosiasi Komunitas Afghanistan di Portugal, Omer Taeri, 

mengatakan kepada CNN Portugal bahwa tersangka tiba di negara itu tahun lalu. Taeri mengatakan, tersangka penyerang menderita trauma psikologis setelah kematian istrinya dan mengkhawatirkan anak-anaknya. Taeri meminta orang-orang untuk tidak menilai seluruh komunitas dari satu kejadian.

Perdana Menteri Portugis António Costa mengatakan kepada wartawan bahwa serangan itu adalah tindakan kriminal. “Semuanya menunjukkan bahwa ini adalah insiden yang terisolasi,” kata Costa.

Polisi bersenjata dari unit operasi khusus dapat membentuk garis pertahanan di luar gedung setelah insiden tersebut. Muslim Syiah Imamiyah Ismaili, umumnya dikenal sebagai Ismaili. Muslim Ismaili adalah komunitas beragam budaya yang tinggal di lebih dari 25 negara di seluruh dunia. Portugal belum mencatat serangan teror yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir, dan kekerasan agama hampir tidak pernah terdengar.

“Komunitas Ismaili terkejut dan sedih dengan kejadian ini dan memberikan dukungan kepada keluarga korban,” kata pernyataan Komunitas Ismaili.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement