REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Deputi Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk meminta masyarakat Rusia tidak mengadopsi anak-anak yang ia sebut "dicuri" dari Ukraina selama perang dan dideportasi ke Rusia. Invasi Rusia kini sudah memasuki bulan ke-13.
Perang telah memaksa jutaan orang mengungsi termasuk keluarga dan anak-anak. Hampir tidak mungkin untuk menentukan jumlah anak-anak yang dipaksa dideportasi ke Rusia.
Pada awal Maret lalu Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat penahanan terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin dan Komisioner hak anak-anak Rusia Maria Lvova-Belova. Mereka dituduh melakukan kejahatan perang dengan mendeportasi secara ilegal ratusan anak-anak dari Ukraina.
Di aplikasi kirim pesan Telegram, Vereshchuk mengatakan anak yatim piatu "dicuri dari Ukraina" dan diduga diserahkan untuk diadopsi di Rusia.
"Saya sangat merekomedasikan masyarakat Rusia tidak mengadopsi anak yatim piatu Ukraina yang diambil secara ilegal dari wilayah pendudukan di Ukraina," kata Vereshchuk yang bertanggung jawab atas isu-isu sosial di pemerintah Ukraina, Rabu (29/3/2023).
"Sekali lagi saya ingatkan semua warga Rusia yang disebut 'orang tua asuh' dan 'wali': cepat atau lambat anda harus menjawabnya," kata Vereshchuk.
Berdasarkan Kementerian Integrasi Wilayah Pendudukan Ukraina terdapat 19.514 anak Ukraina yang dideportasi secara ilegal. Rusia tidak mengungkapkan program yang membawa ribuan anak Ukraina ke Rusia tapi menampilkannya sebagai kampanye kemanusiaan untuk melindungan anak-anak yatim piatu dan yang ditelentarkan di zona konflik.
Sebagian besar pergerakan warga dan anak-anak terjadi di awal perang dan sebelum Ukraina memulai serangan balik besar-besaran untuk merebut kembali wilayahnya di timur dan selatan negara itu pada akhir Agustus lalu. Pada pertengahan Agustus Kementerian Pertahanan Rusia hingga saat itu sudah 3,5 juta orang yang dibawa ke Rusia, termasuk lebih dari setengah juta anak-anak.
Pada bulan Juli lalu Amerika Serikat mengatakan Rusia melakukan "deportasi paksa" pada 260 ribu anak-anak dari rumah mereka ke Rusia.
Pada Selasa (27/3/2023) lalu kantor berita Rusia, Tass mengutip pejabat yang ditempatkan Rusia di daerah pendudukan Kharkiv, Vitaly Ganchev yang mengatakan anak-anak yang dikirim dari Kharkiv ke Rusia tahun lalu dengan persetujuan orang tua atau wali mereka.
"Anak-anak itu ditempatkan di kondisi yang sangat baik, mereka diberi semua yang mereka butuhkan, dan kami akan terus merawat mereka sampai orang tua mereka kembali," kata Ganchev.