Senin 03 Apr 2023 13:00 WIB

Pemimpin Oposisi Finlandia Klaim Kemenangan Pemilihan Parlemen

Jumlah suara yang diraih NCP sedikit di atas Partai Nasionalis Finlandia

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pemimpin Partai Koalisi Nasional (NCP) Petteri Orpo pada Ahad (2/4/2023) mengklaim kemenangan dalam pemilihan parlemen yang diperjuangkan dengan ketat. Partainya mendapatkan kursi terbanyak di parlemen yaitu 48 dari total 200 kursi dengan dukungan 20,5 persen suara.
Foto: Republika/ Wihdan
Pemimpin Partai Koalisi Nasional (NCP) Petteri Orpo pada Ahad (2/4/2023) mengklaim kemenangan dalam pemilihan parlemen yang diperjuangkan dengan ketat. Partainya mendapatkan kursi terbanyak di parlemen yaitu 48 dari total 200 kursi dengan dukungan 20,5 persen suara.

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Pemimpin Partai Koalisi Nasional (NCP) Petteri Orpo pada Ahad (2/4/2023) mengklaim kemenangan dalam pemilihan parlemen yang diperjuangkan dengan ketat. Partainya mendapatkan kursi terbanyak di parlemen yaitu 48 dari total 200 kursi dengan dukungan 20,5 persen suara.

Jumlah suara yang diraih NCP sedikit di atas Partai Nasionalis Finlandia dengan 46 kursi dan Sosial Demokrat dengan 43 kursi. "Kami mendapat mandat terbesar untuk memperbaiki Finlandia dan ekonominya," ujar pemimpin NCP, Petteri Orpo dalam pidatonya

Orpo akan mendapatkan kesempatan pertama untuk membentuk koalisi dan mendapatkan mayoritas di parlemen. Sementara era kepemimpinan Perdana Menteri Sanna Marin diperkirakan akan berakhir.

"Kami mendapat dukungan, kami mendapat lebih banyak kursi (di parlemen). Itu pencapaian yang luar biasa, meski kami tidak finis pertama hari ini," kata Marin dalam pidatonya kepada anggota partai.

Marin (37 tahun), merupakan perdana menteri termuda di dunia ketika dia menjabat pada 2019. Dia dianggap sebagai panutan milenial dunia bagi pemimpin baru yang progresif. Tetapi di negaranya, Marin menghadapi kritik karena sempat tertangkap publik sedang berpesta, dan pengeluaran publik pemerintahnya.

Di sisi lain, Marin tetap sangat populer di antara banyak orang Finlandia, terutama pemuda moderat. Dia memusuhi beberapa konservatif dengan pengeluaran mewah untuk pensiun dan pendidikan yang mereka anggap tidak cukup hemat.

NCP telah memimpin dalam jajak pendapat selama hampir dua tahun meskipun keunggulannya telah menghilang dalam beberapa bulan terakhir. NCP telah berjanji untuk mengekang pengeluaran dan menghentikan peningkatan utang publik, yang telah mencapai lebih dari 70 persen  dari PDB sejak Marin menjabat pada 2019.

Orpo menuduh Marin mengikis ketahanan ekonomi Finlandia pada saat krisis energi Eropa, yang didorong oleh perang Rusia di Ukraina, menghantam negara itu dengan keras dan meningkatkan biaya hidup. Orpo mengatakan, dia akan bernegosiasi dengan semua kelompok untuk mendapatkan mayoritas di parlemen. Sementara Marin mengatakan, Demokrat Sosial dapat berkolaborasi dengan NCP dalam pemerintahan, tetapi tidak akan bergabung dengan Partai Finlandia.

Marin menyebut Partai Finlandia rasis selama debat pada Januari. Tujuan utama Partai Finlandia adalah untuk mengurangi imigrasi "berbahaya" dari negara-negara berkembang di luar Uni Eropa. Mereka juga menyerukan kebijakan penghematan untuk mengekang pengeluaran defisit.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement