Selasa 11 Apr 2023 16:56 WIB

Sekitar 30 orang Tewas Dalam Serangan Militer Myanmar

Aljazirah melaporkan korban serangan ini adalah warga sipil.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Militer Myanmar berbaris dalam parade untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata Myanmar ke-78 di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2023.  Militer Myanmar menggelar serangan udara ke pusat kota yang dikenal benteng pasukan oposisi kudeta dua tahun yang lalu. Saksi mata dan media setempat mengatakan puluhan orang tewas dan terluka dalam serangan tersebut.
Foto: AP Photo/Aung Shine Oo
Militer Myanmar berbaris dalam parade untuk memperingati Hari Angkatan Bersenjata Myanmar ke-78 di Naypyitaw, Myanmar, 27 Maret 2023. Militer Myanmar menggelar serangan udara ke pusat kota yang dikenal benteng pasukan oposisi kudeta dua tahun yang lalu. Saksi mata dan media setempat mengatakan puluhan orang tewas dan terluka dalam serangan tersebut.

REPUBLIKA.CO.ID, NAYPYIDAW -- Militer Myanmar menggelar serangan udara ke pusat kota yang dikenal benteng pasukan oposisi kudeta dua tahun yang lalu. Saksi mata dan media setempat mengatakan puluhan orang tewas dan terluka dalam serangan tersebut.

Dikutip dari Aljazirah, Selasa (11/4/2023) media lokal mengutip warga daerah Sagaing yang mengatakan sekitar 30 orang termasuk warga sipil tewas dalam serangan di Kota Pazigyi. Sagaing terletak sekitar 110 kilometer sebelah barat Kota Yangon.

Baca Juga

Aljazirah mengatakan serangan udara dilakukan saat warga berkumpul untuk pelantikan pejabat administrasi setempat. Sekitar pukul 07:35 pagi warga diserang pesawat jet yang kemudian diikuti helikopter Mi-35.

Salah satu tim penyelamat mengkonfirmasi sekitar 40 orang tewas tapi kemungkinan total korban jiwa dapat bertambah. Aljazirah melaporkan korban serangan ini adalah warga sipil, dan lokasi serangan jauh dari target militer yang sah. Belum ada tanggapan dari penguasa militer Myanmar.

Militer Myanmar dituduh menggelar serangan tanpa pandang bulu ke warga sipil dalam serangan-serangannya ke oposisi kudeta militer. Bulan lalu ketua kudeta Jenderal Min Aung Hlaing berjanji untuk mengatasi dengan tegas "teroris" yang menentang kekuasaannya.

Pada 1 Februari 2021 lalu militer menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi. Kudeta tersebut memicu unjuk rasa damai yang ditindak keras pasukan keamanan. Sejak itu gelombang pemberontakan melanda di seluruh Myanmar yang pakar PBB kategorikan sebagai perang sipil.

Lebih dari satu juta orang terpaksa mengungsi untuk menghindari serangan artileri dan udara militer. Baru-baru ini juru bicara militer mengatakan laporan tentang serangan-serangan yang dituduhkan ke pasukan Myanmar merupakan "laporan palsu."

Negara-negara Barat telah menjatuhkan sanksi pada para jenderal yang berkuasa untuk mencekik pendapatan mereka dan akses peralatan militer dari sekutu-sekutu terpenting mereka seperti Rusia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement