REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Wu Jianghao, duta besar China untuk Jepang yang baru dilantik bulan lalu, pada Jumat (28/4/2023) menyebut, hubungan Jepang-China sedang berada dalam "masa kritis" . Hal itu lantaran berbeda pandangan menyangkut Taiwan dan sejumlah isu penting lainnya.
Dalam sebuah konferensi pers di Japan National Press Club di Tokyo, Wu memperingatkan Jepang agar tidak ikut campur dalam urusan negaranya dengan Taiwan. Ini karena masalah Taiwan adalah urusan dalam negeri China.
"Pandangan bahwa Taiwan berkaitan dengan keamanan Jepang adalah 'tidak masuk akal dan tidak berdasar'", kata Wu yang juga pengamat Jepang yang sebelumnya menjabat asisten Menteri Luar Negeri China.
Wu menegaskan, China mengharapkan reunifikasi damai dengan Taiwan. Namun, mereka tidak mengesampingkan penggunaan kekerasan yang akan dilakukan guna mencegah kemerdekaan Taiwan dan memastikan perdamaian dan stabilitas lintas selat.
China melihat Taiwan sebagai provinsi yang harus diintegrasikan kembali dengan berbagai cara, termasuk lewat kekerasan jika perlu.
Segala upaya paksa menduduki Taiwan akan menjadi masalah bagi Jepang mengingat letak Taiwan berdekatan dengan sejumlah pulau terpencil di barat daya Jepang.
Pernyataan duta besar China disampaikan sebagai jawaban untuk negara-negara Kelompok Tujuh (G7) yang telah menegaskan pentingnya perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan dalam beberapa tahun terakhir.
Wu mendukung visi Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida tentang dunia tanpa senjata nuklir, yang akan menjadi topik KTT G7 bulan depan di Hiroshimayang luluh lantak akibat bom atom AS pada 1945. Wu juga menegaskan negaranya "tidak berniat menjadikan Jepang sebagai musuh."
Ia mengatakan sejumlah film animasi Jepang seperti "The First Slam Dunk" dan "Suzume" lebih populer di China ketimbang di Jepang. Untuk itu, dia mengharapkan berbagai upaya dilakukan untuk memajukan pertukaran orang dan budaya antara kedua negara.