REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Armenia dan Azerbaijan akan melakukan pertemuan di Brussels, Belgia pekan depan. Pertemuan ini merupakan upaya terbaru untuk menjaga perdamaian dan menuntaskan sengketa wilayah Nagorno-Karabakh.
Rencananya, pertemuan pada 14 Mei 2023 tersebut, dihadiri Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan dan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev, menyusul pembicaraan menteri luar negeri dua negara yang digagas Menlu AS Antony Blinken.
‘’Pertemuan akan melibatkan Uni Eropa,’’ demikian pernyataan laman Dewan Uni Eropa (UE), Senin (8/5/2023). Selain dua pemimpin negara, Presiden Dewan UE Charles Michel juga turut serta dalam pertemuan yang digelar di kantor pusat UE.
Armenia dan Azerbaijan, keduanya bekas bagian dari Uni Soviet, telah bertikai lebih dari 30 tahun terkait wilayah Nagorno-Karabakh. Wilayah ini diakui sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi populasinya mayoritas warga Armenia.
Dalam konflik enam pekan pada 2020, yang berakhir melalui mediasi Rusia, Azerbaijan berhasil mengembalikan wilayahnya itu. Namun, sengketa wilayah ini terus meletup. Sebenarnya, Pashinyan dan Aliyev berulang kali berunding, baik dimediasi Rusia maupun UE.
Sayangnya, perundingan itu gagal mencapai kesepakatan, termasuk mengenai demarkasi perbatasan dan akses ke area sengketa. Selain pertemuan 14 Mei, UE juga mengungkapkan pemimpin dua negara bakal bertemu pada 1 Juni mendatang di Moldova.
Pertemuan yang diprakarsai UE, kelak dihadiri Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Kanselir Jerman Olaf Scholz. ‘’Pemimpin Armenia dan Azerbaijan bersepakat terus berunding di Brussels untuk membahas persoalan yang ada,’’ demikian pernyataan UE.