REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Turki banyak sekali memilik partai politik, mereka tergabung dalam beberapa aliansi politik termasuk dalam Pilpres 2023 ini.
Sejumlah aliansi utama di antaranya The People Aliliance, yang dibentuk menjelang Pemilu 2018 oleh AKP, partai berkuasa dan pendukung Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Nationalist Movement Party (MHP). Saat itu, mereka menang pilpres dan menguasai parlemen.
Kemudian bergabung pula New Welfare Party yang diketuai Fatih Erbakan, putra mentor Erdogan yaitu Necmettin Erbakan. Ada pula partai sayap kanan Great Unity Party.
Selain itu ada Nation Alliance, kelompok oposisi utama. Aliansi ini mendukung Kilicdaroglu maju menjadi presiden. Kelompok ini juga dibentuk menjelang Pemilu 2018. Semula terdiri atas Republican People's Party (CHP), IYI Party, the Islamist Felicity (Saadet) Party, dan the Democrat Party (DP).
Pada Pilkada 2019, mereka mengejutkan Erdogan dengan mengalahkan calon wali kota AKP di Ankara dan Istanbul, wilayah yang dikuasai Erdogan pada 1990-an dan dikuasai AKP hampir selama dua dekade. Dua partai yang didirikan bekas sekutu Erdogan kemudian bergabung.
Mereka Deva (Remedy) Party bentukan Ali Babacan yang keluar AKP karena perbedaan pandangan. Selain itu ada Future Party yang didirikan Ahmet Davutoglu, mantan perdana menteri yang juga bekas anggota AKP.
Berikutnya adalah Labour and Freedom Alliance, yang dipimpin pro-Kurdish Peoples' Democratic Party (HDP). Kini memiliki kursi terbanyak ketiga di parlemen dan diyakini menjadi ‘king maker’ di pemilu tahun ini.
HDP tak mengajukan kandidat presiden dan tak eksplisit mendukung salah satunya. Namun, mereka menegaskan akan menentang kepemimpinan yang dijalankan hanya oleh satu orang. HDP bermitra dengan oposisi pada Pilkada 2019, mengalahkan AKP.
The Workers Party of Turkey (TIP) bergabung dengan koalisi ini, sebagai kelompok vokal pascagempa Turki pada 6 Februari lalu. Ada pula Green Left Party (YSP).