Kamis 25 May 2023 11:21 WIB

Lima Jurus Kilicdaroglu Kalahkan Erdogan pada Pilpres Turki Putaran Kedua

Pemilu Turki putaran kedua akan digelar pada 28 Mei.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Kandidat oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu pemimpin kampanye yang lebih kuat untuk mengalahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pemilu Turki putaran kedua pada 28 Mei.
Foto: AP
Kandidat oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu pemimpin kampanye yang lebih kuat untuk mengalahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam pemilu Turki putaran kedua pada 28 Mei.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Kandidat oposisi Turki, Kemal Kilicdaroglu, memimpin kampanye yang lebih kuat untuk mengalahkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Pemilu Turki putaran kedua pada 28 Mei. Kilicdaroglu berupaya mengumpulkan dukungan agar dapat memenangkan pemilu putaran kedua.

Berikut lima strategi yang digunakan Kilicdaroglu untuk menggeser lawannya, dilansir Aljazirah, Senin (22/5/2023).

Baca Juga

1. Meningkatkan sikap antimigrasi

Janji kampanye Kilicdaroglu selalu menyertakan kembalinya pengungsi Suriah. Para analis mengatakan, pendirian Kilicdaroglu telah mengeras setelah pemungutan suara putaran pertama pada 1 Mei untuk menarik kaum nasionalis. Sebelum pemungutan suara, dia mengatakan, akan memulangkan warga Suriah secara sukarela dalam waktu dua tahun.

Ketika kampanye, Kilicdaroglu juga mengatakan akan mencari dana Uni Eropa untuk membangun rumah, sekolah, rumah sakit, dan fasilitas lainnya di Suriah. Dia juga akan mendorong pengusaha Turki untuk membuka pabrik dan bisnis guna menciptakan lapangan kerja.

Namun, setelah pemungutan suara putaran pertama pada 14 Mei, Kilicdaroglu menuduh pemerintah mengizinkan 10 juta migran secara tidak teratur memasuki Turki. Pernyataan ini dilontarkan dalam pidatonya pada 17 Mei. Kilicdaroglu memperingatkan jumlah migran bisa mencapai 30 juta. Namun, dia tidak memberikan bukti atas angka yang dikutipnya.

Sehari kemudian, Kilicdaroglu melangkah lebih jauh, dengan mengatakan Erdogan tidak melindungi perbatasan dan kehormatan Turki. Kilicdaroglu bertekad akan memulangkan semua pengungsi. 

Sejak itu, baliho terpasang di kota-kota Turki yang menunjukkan Kilicdaroglu sedang tersenyum dengan slogan "Suriah akan pergi!". Sementara Partai Rakyat Republik (CHP) yang memimpin Kilicdaroglu belum mengiklankan slogan itu secara resmi.

Baca Juga: Jelang Pemilu Putaran Kedua, Partai Erdogan Malah Terpecah?

2. Mengadopsi perubahan citra

Sikap santun Kilicdaroglu muncul sebagai antitesis dari gaya bombastis Erdogan. Selama kampanye, dia memainkan citranya yang lebih sederhana. Dia merekam dari dapur di rumahnya di Ankara, dengan lengan bajunya digulung.

Lambang kampanye Kilicdaroglu adalah tanda hati yang dibentuk dengan tangan. Ini adalah isyarat yang dilakukan para pendukungnya pada aksi unjuk rasa.

Namun, karena bernasib lebih buruk daripada Erdogan dalam pemungutan suara putaran pertama, dia telah beralih dari citra "kakek" menjadi citra yang membangkitkan dia sebagai "pemimpin tangguh", terutama dengan pendiriannya sebagai pengungsi Suriah.

Kilicdaroglu juga menuduh Erdogan berkolusi dengan teroris dalam pidatonya pada 18 Mei, setelah Erdogan menerima dukungan dari partai pro-Kurdi, Partai Pekerja Kurdistan (PKK).

Referensi kolusi adalah tentang upaya perdamaian yang dilakukan antara Pemerintah Erdogan dan PKK, yang runtuh pada 2015.

"Saya tidak pernah duduk dengan organisasi teroris dan saya tidak akan pernah melakukannya," ujar Kilicdaroglu mengacu pada PKK.

Baca Juga: Pemimpin Partai Anti-Imigran Turki Dukung Kemal Kilicdaroglu dalam Pemilu Putaran Kedua

3. Mendapatkan saingan Erdogan yang terkenal untuk menjadi ujung tombak kampanye

Media lokal melaporkan bahwa wali kota Istanbul yang berpengaruh Ekrem Imamoglu memimpin kampanye untuk Kilicdaroglu. Politisi populer itu dipandang sebagai saingan potensial Erdogan dalam Pemilu Mei 2023. Banyak yang menginginkan Imamoglu menjadi calon presiden CHP.

Imamoglu terpilih sebagai wali kota pada Maret 2019. Ini menjadi pukulan telak bagi Erdogan dan Partai Keadilan dan Pembangunan (Partai AK), yang telah menguasai Istanbul selama seperempat abad. Wali kota yang terkenal itu mungkin telah disadap untuk merebut kekuasaan Erdogan selama 20 tahun di negara itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement