REPUBLIKA.CO.ID, OSLO – Cina menentang upaya Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) untuk melabelinya sebagai ancaman. Hal itu disampaikan menyusul pernyataan Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg ke Norwegia baru-baru ini.
“Cina mendesak NATO berhenti mengobarkan konflik regional dan menciptakan perpecahan serta kerusuhan,” kata Kedutaan Besar (Kedubes) Cina untuk Norwegia dalam sebuah pernyataan, Sabtu (3/6/2023).
Dalam keterangan yang dirilis Kedubes Cina untuk Norwegia, dicantumkan pernyataan Stoltenberg yang menuduh Beijing mengancam negara-negara tetangganya. Menurut Stoltenberg, Cina pun menekan negara-negara yang enggan mematuhinya.
“NATO mengklaim sebagai organisasi regional dan defensif, tetapi beberapa anggota NATO terus-menerus melampaui wilayah pertahanan tradisional, seringkali menjalin kontak militer yang dekat dengan negara-negara di Asia-Pasifik, yang mengakibatkan meningkatnya ketegangan. Jelas bagi komunitas internasional siapa ancaman nyata bagi perdamaian regional dan global,” kata Kedubes Cina untuk Norwegia.
Stoltenberg memang telah beberapa kali menyudutkan Cina dan menuduhnya sebagai menebar ancaman di kawasan. Pada Januari lalu, misalnya, Stoltenberg mengatakan, Cina mengamati dengan cermat perang Rusia di Ukraina. Dia memperingatkan tentang sikap agresif Cina terhadap Taiwan.
“Jika Presiden (Rusia Vladimir) Putin menang di Ukraina, ini akan mengirimkan pesan bahwa rezim otoriter dapat mencapai tujuan mereka melalui kekerasan. Ini berbahaya. Apa yang terjadi di Eropa hari ini bisa terjadi di Asia Timur besok,” kata Stoltenberg dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida di Tokyo, 31 Januari 2023 lalu, dilaporkan Bloomberg.
Menteri Luar Negeri Cina Qin Gang telah meminta negara-negara tertentu agar tidak menyamakan atau menyejajarkan posisi Taiwan dengan Ukraina. Qin menyatakan, negaranya sangat mengkhawatirkan eskalasi konflik di negara bekas Uni Soviet tersebut.
“Cina sangat khawatir dengan eskalasi konflik Ukraina dan kemungkinannya lepas kendali. Kami mendesak negara-negara tertentu untuk segera berhenti mengobarkan api, berhenti menyalahkan Cina dan berhenti menggembar-gemborkan 'Ukraina hari ini, Taiwan besok’," ujar Qin dalam sambutannya saat melancarkan “Prakarsa Keamanan Global” Presiden Cina Xi Jinping yang baru, 21 Februari 2023 lalu.
Cina memilih netral dalam konflik antara Rusia dan Ukraina. Namun saat ini Beijing sedang mengintensifkan upaya untuk membantu penyelesaian konflik kedua negara tersebut. Beijing telah mengirim utusan untuk bertemu para pemimpin kedua negara tersebut.