Selasa 06 Jun 2023 07:55 WIB

PM Inggris Klaim Kebijakan Pembatasan Migran Berhasil Kurangi Penyeberangan Ilegal

PM Inggris berjanji untuk menghentikan migran yang tiba dengan perahu kecil.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Inggris akan rutin menolak suaka imigran yang datang menyeberang Selat Inggris dengan perahu.
Foto: EPA
Inggris akan rutin menolak suaka imigran yang datang menyeberang Selat Inggris dengan perahu.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Perdana Menteri Rishi Sunak pada Senin (5/6/2023) mengatakan, supaya pemerintah untuk menghentikan migran yang tiba di Inggris dengan perahu kecil telah mengurangi penyeberangan sebesar 20 persen. Namun, Sunak mengatakan, pemerintah tidak berpuas diri menambahkan pemerintahnya tidak berpuas diri dan akan bekerja keras untuk memastikan parlemen mengesahkan undang-undang baru.

"Dalam lima bulan sejak saya meluncurkan rencana tersebut, penyeberangan (melintasi Selat Inggris) sekarang turun 20 persen dibandingkan tahun lalu. Rencana ini berhasil," kata Sunak.

Baca Juga

Sunak telah berjanji untuk menghentikan migran yang tiba dengan perahu kecil sebagai salah satu dari lima fokus kebijakannya. Tetapi Sunak telah dikritik oleh anggota partainya sendiri karena tidak bergerak cepat.

Selain itu, publik juga memprotes penempatan para migran di hotel setelah Inggris mencatat rekor kenaikan jumlah migran tahun lalu. Sunak juga mengatakan, Inggris akan memulangkan lebih banyak migran ke Albania.

"Kami sekarang telah mengembalikan 1.800 migran ke Albania hanya dalam enam bulan. Kami telah menerima sekitar satu dari lima kasus suaka Albania, sekarang hanya satu dari 50," kata Sunak.

"Sepanjang tahun ini, jumlah kedatangan kapal kecil dari Albania telah turun hampir 90 persen," ujar Sunak.

Tahun lalu, Inggris mencetak rekor kedatangan migran tertinggi mencapai 606.000. Kantor Statistik Nasional (ONS) mengatakan, peningkatan tersebut didorong oleh orang-orang dari luar Uni Eropa yang datang ke Inggris untuk bekerja atau belajar, termasuk orang-orang yang datang dari Ukraina dan Hong Kong dengan skema visa khusus. 

Tingkat migrasi legal yang tinggi telah lama mendominasi wacana politik Inggris. Masalah ini menjadi pendorong utama pemungutan suara referendum pada 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa. 

Selama lebih dari satu dekade, pemerintah yang dipimpin Partai Konservatif berturut-turut telah berjanji untuk memangkas migrasi, setelah menargetkan angka bersih kurang dari 100.000.

Tetapi data ONS yang diterbitkan pada Kamis menunjukkan 606.000 orang datang ke Inggris pada tahun yang berakhir Desember 2022. ONS mengatakan, ada bukti bahwa tingkat imigrasi telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

Data sebelumnya yang mencakup tahun yang berakhir Juni 2022 telah menunjukkan angka bersih 504.000. Angka ini direvisi naik dalam rilis terbaru menjadi 606.000.  Kebijakan imigrasi pasca-Brexit terbukti menjadi tindakan penyeimbang yang sulit bagi Sunak.

Di satu sisi, dia menghadapi tekanan dari beberapa pemilih, terutama yang setia pada partainya sendiri untuk mengekang migrasi, yang merupakan warisan dari pemungutan suara referendum 2016 untuk meninggalkan Uni Eropa.  

Di sisi lain, Inggris menghadapi kekurangan tenaga kerja di sektor-sektor utama, sebagian karena eksodus warga negara Uni Eropa yang disebabkan oleh Brexit.  Kondisi pasar tenaga kerja yang ketat merupakan faktor penyebab kenaikan inflasi di Inggris.

Menteri Imigrasi Robert Jenrick mengatakan kombinasi langkah-langkah baru dan pelonggaran arus masuk sementara dari Ukraina dan Hong Kong akan membuat migrasi bersih turun dan kembali ke tingkat pra-pandemi. Dia menambahkan, Brexit semestinya dapat membuat Inggris mengendalikan imigrasi dengan lebih baik. 

Migrasi bersih ke Inggris pada 2015, setahun sebelum referendum Brexit adalah 329.000. Data menempatkan, imigrasi keseluruhan pada 2022 sekitar 1,16 juta, diimbangi dengan emigrasi 557.000.

Sementara ONS mengatakan, 925.000 migran yang tiba di Inggris pada 2022 adalah warga negara non-Uni Eropa, 151.000 berasal dari Uni Eropa, dan 88.000 adalah warga negara Inggris. Diperkirakan pada 2022 di bawah skema visa khusus ada 114.000 kedatangan jangka panjang dari Ukraina dan 52.000 dari Hong Kong. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement