REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG – Pengusaha dan investor Cina berbondong ke Riyadh pekan ini menghadiri konferensi bisnis. Perhelatan ini dijadwalkan pada Ahad (11/6/2023) hingg Senin atau dua hari setelah kunjungan Menlu AS Antony Blinken.
Blinken berkunjung ke Saudi sebagai upaya untuk memperbaiki hubungan antara kedua negara semenjak Presiden Joe Biden menjalankan pemerintahan. Di sisi lain, hubungan Cina-Saudi kian menghangat. Menyusul rekonsiliasi Saudi-Iran yang dimediasi Cina.
Kian eratnya hubungan Saudi-Cina dalam bidang keamanan dan teknologi tinggi yang sensitif, menjadi perhatian utama AS kini. Pada Ahad mendatang, Saudi akan menjadi tuan rumah 10th Arab-China Business Conference.
Ini dihelat menyusul kunjungan Presiden Cina Xi Jinping ke negara-negara Teluk yang ia gambarkan sebagai iniatif diplomatik terbesar di dunia Arab. Sekitar 2.000 orang akan hadir.’’Ini salah satu delegasi bisnis terbesar,’’ ujar seorang sumber yang mengetahui acara ini.
Pertemuaan kekuatan ekonomi kedua dunia dan raksasa energi di Teluk ini, berlangsung di tengah menurunnya ekonomi dan ketegangan geopolitik. Ini membuat tantangan bagi perusahaan dan pemilik dana di Cina untuk berekspansi dan menghimpun dana.
‘’Dari perspektif baik ibu kota maupun pasar baru, Timur Tengah, Saudi merupakan pilihan baru yang bagus bagi perusahaan dan investor Cina,’’kata Presiden Hermitage Capital Henry Zhang. Hermitage Capital merupakan perusahaan ekuitas swasta berbasis di Hong Kong.
Baca Juga: Arab Saudi Gandeng AS untuk Kembangkan Program Nuklir Sipil
Zhang yang juga akan menghadiri konferensi bisnis di Riyadh bersama perusahaan portofolio lain, berharap perjalanan ini bisa membantu penanam modal mengeksplor pasar lokal dan memahami apa yang diinginkan investor Saudi untuk Cina.
Sejak tahun lalu, ia menuturkan, banyak perusahaan modal Cina menyerbu Timur Tengah guna menggaet investor baru. ‘’Dalam hal ini, apa yang harus kita pikirkan adalah apa yang diinginkan investor baru dan bagaimana kita membuat difenrensiasi,’’ ujar Zhang.
Konferensi bisnis ini juga bersamaan dengan keinginan Saudi melepas ketergantungan pada minyak dan memordenisasi negara dengan membangun industry-industri baru.