“Kami telah bekerja selama 15 jam dan pasien terus berdatangan. Ini adalah operasi militer yang sangat lama, namun masih ada korban yang tidak dapat dihubungi. Staf layanan kesehatan harus diizinkan untuk mengakses pasien tanpa hambatan,” tambah Arsenijevic.
Menurut Arsenijevic, operasi penyerbuan dan penggerebekan yang dilakukan Israel di Jenin semakin sering terjadi. “Penggunaan helikopter serang dan serangan drone di daerah padat penduduk menunjukkan peningkatan intensitas yang nyata dan sangat keterlaluan,” ucapnya.
Dia menambahkan, penggerebekan di kamp pengungsi Jenin mulai mengikuti pola yang biasa. “Ambulans ditabrak oleh mobil lapis baja dan pasien serta staf kesehatan secara rutin ditolak masuk dan keluar ke kamp,” ujarnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) turut mengonfirmasi keterangan DWB tentang dipersulitnya akses bagi personel medis menuju Jenin. “Penanggap pertama telah dicegah memasuki kamp pengungsi (Jenin), termasuk menjangkau orang-orang yang terluka parah,” ungkap Juru Bicara WHO Christian Lindmeier, mengacu pada pembatasan yang diberlakukan oleh pasukan Israel.
Juru Bicara Kantor PBB untuk Urusan Kemanusiaan (OCHA) Vanessa Huguenin mengungkapkan, tiga anak di bawah umur termasuk di antara para korban tewas di kamp Jenin. Namun dia menolak mengungkapkan usia ketiga anak tersebut.
"Kami khawatir dengan skala operasi udara dan darat yang terjadi di Jenin di Tepi Barat yang diduduki, dan serangan udara menghantam kamp pengungsi yang padat penduduk," kata Huguenin.