Selasa 11 Jul 2023 12:13 WIB

Jemaat Tinggalkan Gereja United Methodist Amerika karena Isu LGBT

Hukum gereja melarang pernikahan sesama jenis.

Bendera pelangi berkibar bersama bendera AS di depan Asbury United Methodist Church, Prairie Village, Kansas, 19 April, 2019.
Foto:

Uskup Thomas Bickerton, presiden Dewan Uskup UMC, merasa kecewa dengan keluarnya sejumlah jemaat dari gereja UMC. ‘’Saya pikir tidak ada satu pun dari kita ingin melihat mereka yang meninggalkan gereja,’’ katanya. 

Semua, jelas dia, mendapatkan panggilan untuk bersatu. ’’Tak ada masa gereja tanpa konflik tetapi ada jalan untuk bekerja sama untuk melewatinya. Namun bagi yang keluar dan menghidupkan Kristen melalui ekspresi yang baru, semoga Tuhan memberkati ,’’ katanya. 

Sebenarnya, badan-badan legislatif UMC yang dikenal dengan konferensi umum, berulang kali menegskan larangan pernikahan LGBT baik di gereja AS maupun luar negeri. Namun semakin banyak yang menentang larangan itu di gereja AS.

 

Maka kemudian, kelompok jemaat konservatif memutuskan membuat gereja tersendiri, Global Methodist Church. Mereka meyakini isu-isu seksualitas ini mencerminkan perbedaan teologi yang kian mendalam di antara mereka. 

Keluarnya jemaat dalam jumlah besar terjadi di wilayah selatan dan Midwest, seperti Negara Bagian Texas, Alabama, Kentucky, Ohio. Masing-masing ratusan jemaat di sana memutuskan untuk tak berhubungan lagi dengan UMC. 

GMC kemudian mulai mendirikan gereja-gereja baru termasuk di wilayah UMC yang jemaatnya masih bertahan di sana. Dengan fenomena ini, kelompok progresif mendorong perubahan hukum gereja pada Konferensi Umum pada 2024.

Mereka berharap UMC akan mengizinkan pernikahan sesame jenis dan penstabihan LGBT. UMC memiliki sekitar 6,5 juta anggota di AS dan cukup banyak di luar negeri. Di AS keanggotaannya mengalami penurunan drastis tetapi di luar negeri tumbuh, khususnya di Afrika. 

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement