Selasa 11 Jul 2023 15:54 WIB

Menlu RI Sebut ASEAN Harus Tegas Menolak Jadi Proksi Kekuatan Besar

Lebih dari lima dekade ASEAN menikmati perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran kawasan

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, ASEAN perlu mengirim sinyal agar tak menjadi proksi dalam persaingan negara-negara kekuatan besar.
Foto: EPA-EFE/BAGUS INDAHONO
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, ASEAN perlu mengirim sinyal agar tak menjadi proksi dalam persaingan negara-negara kekuatan besar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi mengatakan, ASEAN perlu mengirim sinyal agar tak menjadi proksi dalam persaingan negara-negara kekuatan besar. Dia menekankan pentingnya persatuan dan sentralitas ASEAN.

“Kita perlu mengirimkan pesan yang jelas bahwa ASEAN tidak akan pernah menjadi proksi dalam persaingan kekuatan besar,” kata Retno saat membuka Pertemuan Menlu ASEAN ke-56 di Hotel Shangri-la, Jakarta, Selasa (11/7/2023).

Baca Juga

Menlu mengungkapkan, selama lebih dari lima dekade, ASEAN telah menikmati perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di kawasan. Ia menekankan, hal itu tak tercipta begitu saja.

Menurut Retno, perdamaian dan stabilitas di Asia Tenggara merupakan hasil dari upaya sistematis untuk membangun arsitektur regional yang inklusif, berlabuh pada kebiasaan dialog serta kolaborasi berdasarkan prinsip-prinsip Piagam PBB, Piagam ASEAN, dan hukum internasional. “Ini adalah trademark kunci ASEAN,” ujarnya.

Retno menekankan, ASEAN sudah berinvestasi sangat besar untuk membangun perdamaian dan stabilitas. “Kita harus mempertahankannya, terutama saat ini di tengah tantangan yang semakin kompleks. Maka kita tidak punya pilihan selain menunjukkan bahwa ASEAN dapat mengarungi dinamika regional dan global serta terus menanamkan paradigma kolaborasi. Kita hanya dapat mencapai ini jika kita menjaga persatuan dan sentralitas ASEAN,” ucapnya.

Menlu menambahkan, terdapat dua cara penting ke depan. Pertama, ASEAN hanya penting jika memiliki kredibilitas. Dalam hal ini Piagam ASEAN harus dilaksanakan secara konsisten, termasuk dalam proses pengambilan keputusan di tengah situasi darurat.

“Kita harus membuktikan bahwa dengan bersatu kita bisa menjawab tantangan yang ada, sekaligus siap mengantisipasi dan menjawab tantangan di masa depan. Inilah mengapa ASEAN Vision jangka panjang sangat penting,” ucap Retno.

Kedua, ASEAN hanya penting jika tetap berada di kursi pengemudi dalam menavigasi dinamika regional. Terkait hal itu, selain tak menjadi proksi negara kekuatan besar, Retno menekankan pentingnya mematuhi Treaty of Amity and Cooperation in Southeast Asia (TAC).

“ASEAN harus menjadi yang terdepan dalam membangun arsitektur kawasan yang inklusif. Kita harus menekankan bahwa mini-lateralisme apa pun harus menjadi landasan bagi perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran di Indo-Pasifik,” kata Retno.

“Inilah mengapa kita perlu memperluas keterlibatan inklusif kita dengan kawasan lain, seluruh lanskap strategis Indo-Pasifik, termasuk dengan Pacific Islands Forum (PIF) dan Indian Ocean Rim Association (IORA),” tambah Menlu.

Retno menekankan, ASEAN perlu bergerak melampaui langkah-langkah membangun kepercayaan dan mengambil langkah berani untuk mencegah potensi konflik serta secara agresif mengobarkan perdamaian melalui diplomasi preventif. “Hanya melalui ini ASEAN dapat terus menjadi penting dan menjadi episentrum pertumbuhan,” ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement