REPUBLIKA.CO.ID, ATHENA -- Yunani dan Turki setuju untuk melanjutkan pembicaraan dan langkah-langkah pembangunan kepercayaan pada Rabu (12/7/2023). Kedua negara yang berselisih ini saling memuji iklim positif baru yang terjalin.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bertemu dengan Perdana Menteri Yunani Kyriakos dalam acara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aliansi Perjanjian Atlantik Utara (NATO) pada Rabu. Kedua pemimpin baru melakukan pertemuan lagi sejak Maret tahun lalu.
"Iklim positif yang terbentuk dalam hubungan bilateral selama beberapa bulan terakhir memiliki kesinambungan dan konsistensi," kata kantor kedua pemimpin dalam pernyataan terpisah.
Menurut pernyataan bersama itu, kedua belah pihak sepakat untuk membangun momentum positif dan mengaktifkan berbagai saluran komunikasi antara kedua negara dalam periode mendatang. Mereka juga berharap untuk lebih sering membangun kontak di semua tingkatan.
Mereka sepakat bahwa pertemuan berikutnya di Dewan Kerjasama Tingkat Tinggi atau akan diadakan di kota Yunani utara Thessalonki pada musim gugur. Kegiatan ini merupakan mekanisme yang didirikan oleh kedua negara pada 2010 untuk pemulihan hubungan Athena dan Ankara.
"Kami sangat optimis, kami dapat membalik halaman baru," kata Mitsotakis setelah pertemuan NATO di Vilnius, Lithuania.
Dua anggota NATO ini telah berselisih selama beberapa dekade dalam berbagai masalah termasuk batas wilayah, sumber daya energi, Laut Aegean, dan Siprus yang terpecah secara etnis.
Tahun lalu, Erdogan menghentikan pembicaraan bilateral karena pelanggaran wilayah udara oleh Yunani. Dia menuduh Mitsotakis menekan Amerika Serikat untuk memblokir penjualan jet tempur F-16 ke Turki. Hubungan mulai membaik saat Yunani menjadi salah satu negara pertama yang mengirim tim penyelamat untuk membantu Turki setelah gempa bumi bulan Februari.