Senin 17 Jul 2023 06:43 WIB

Polisi Moral Iran Kembali Patroli di Jalanan

Polisi moral tak lagi terlihat di jalanan setelah kematian Mahsa Amini September 2022

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Perempuan Iran berjalan di distrik komersial tanpa mengenakan jilbab wajib mereka di Teheran utara, Iran, Senin, 14 November 2022.  Polisi moralitas Iran kembali patroli di jalanan.
Foto: AP Photo/Vahid Salemi
Perempuan Iran berjalan di distrik komersial tanpa mengenakan jilbab wajib mereka di Teheran utara, Iran, Senin, 14 November 2022. Polisi moralitas Iran kembali patroli di jalanan.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Otoritas Iran pada Ahad (16/7/2023), mengumumkan kampanye baru untuk mewajibkan seluruh perempuan mengenakan jilbab. Polisi moralitas kembali turun ke jalanan 10 bulan setelah kematian seorang wanita dalam tahanan hingga memicu protes nasional.

Polisi moralitas tak lagi terlihat di jalanan setelah kematian Mahsa Amini (22 tahun) September tahun lalu. Kematian Amini memicu protes nasional. Aksi protes kemudian mengarah kepada seruan untuk menggulingkan pemerintah.

Baca Juga

Protes mereda awal tahun ini setelah petugas keamanan melakukan tindakan keras. Lebih dari 500 pengunjuk rasa tewas dan hampir 20.000 lainnya ditahan. Kendati demikian, banyak wanita yang mengenakan pakaian tidak sesuai aturan negara, terutama di Ibu Kota Teheran, dan kota-kota lain.

Polisi moralitas jarang terlihat berpatroli di jalan-jalan. Pada Desember, ada beberapa laporan bahwa polisi moral telah dibubarkan. Namun laporan ini dibantah keras.

Pihak berwenang bersikeras selama krisis bahwa aturan berpakaian tidak berubah. Penguasa ulama Iran memandang jilbab sebagai pilar utama Revolusi Islam yang membawa mereka ke tampuk kekuasaan. Mereka menganggap pakaian yang lebih kasual sebagai tanda dekadensi Barat.

Juru bicara polisi, Jenderal Saeed Montazerolmahdi mengatakan, polisi moralitas akan memberikan teguran dan kemudian menahan wanita yang tidak mengenakan jilbab di depan publik.  Di Teheran, pria dan wanita dari polisi moralitas terlihat berpatroli di jalan-jalan dengan van bertanda.

Perjuangan atas jilbab menjadi seruan yang kuat musim gugur lalu, dengan perempuan memainkan peran utama dalam protes. Demonstrasi dengan cepat meningkat menjadi seruan untuk menggulingkan penguasa ulama Iran. Pengunjuk rasa menilai pemerintahan saat ini korup, dan represif. Sementara  Pemerintah Iran menyalahkan protes atas konspirasi asing.

Beberapa selebritas Iran bergabung dalam protes tersebut, termasuk sutradara dan aktor terkemuka dari industri film terkenal di negara itu.

Beberapa aktris Iran ditahan setelah tampil di depan umum tanpa jilbab atau menyatakan dukungannya terhadap protes tersebut.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement