Senin 17 Jul 2023 14:57 WIB

Ukraina Berdalih Serangan Balik tak Harus Masif

Dubes Ukraina sebut serangan balik bisa berbeda sifatnya

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan serangan balik tidak harus dengan serangan massif.
Foto: Universitas Nasional
Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan serangan balik tidak harus dengan serangan massif.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Duta Besar Ukraina untuk Republik Indonesia Vasyl Hamianin mengatakan, serangan balik tidak harus dengan serangan masif. Sebab, katanya, pasukan Rusia menyebar begitu banyak ranjau dan jebakan dan rintangan, sementara Ukraina harus melindungi nyawa rakyatnya.

"Jadi, apa yang kami lakukan sekarang jelas bukan rahasia lagi, saya pikir apa yang kami lakukan sekarang untuk menghancurkan logistik mereka, pasukan Rusia, ketika tidak ada pasokan dan tidak logistik akan mengarah pada mundurnya para penjajah dari teritori kami," kata Hamianin, Senin (17/7/2023).

Baca Juga

"Jadi, pada dasarnya serangan balik bisa berbeda sifatnya, bisa jadi serangan langsung bisa jadi menghancurkan pasokan, menghancurkan logistik," ujarnya.

Hamianin mengatakan, Rusia menyebarkan informasi palsu termasuk serangan balik. Ia juga membantah pernyataan Putin dan Kremlin yang menyebut serangan balik Ukraina telah gagal.

"Apa itu serangan balik? Apa itu? Serangan balik itu ada yang mengatakan sesuatu serangan dengan, saya tidak tahu, harus dengan 200 tank, tidak, bukan seperti itu, karena ini abad-21, ini bukan Perang Dunia II, apa perbedaannya, pada dasarnya bisa dilakukan dengan cara yang berbeda, dan kami melakukannya dengan cara yang berbeda, dengan cara kami," kata Hamianin.

"Kegagalan di dunia, diukur dengan dua hal: korban jiwa dan kedua oleh jumlah oleh hancurnya perangkat, seperti tank, jadi kami masih memiliki 90 tank yang kami miliki, dan semua yang kami miliki, jadi apakah itu keberhasilan atau kegagalan?" ujarnya.

Dalam pertemuan negara anggota Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pekan lalu, Barat berencana kembali mengirimkan senjata ke Ukraina. Sejauh ini Amerika Serikat (AS) merupakan kontributor bantuan militer terbesar ke Ukraina lalu diikuti Uni Eropa, Jerman, dan Inggris.

Dikutip dari BBC dari 24 Januari 2022 sampai 31 Mei 2023, AS telah memberikan bantuan militer senilai 46,56 miliar dolar AS ke Ukraina. Uni Eropa 29,84 miliar dolar, Jerman 8,15 miliar dolar, Inggris, 7,15 miliar dolar, Polandia 3,26 miliar dolar, Belanda 2,7 miliar dolar, Denmark 1,71 miliar dolar, Kanada, 1,63 miliar dolar, Swedia, 1,62 miliar dolar, dan Finlandia 1,21 miliar dolar.

Sejauh ini AS telah mengirimkan 31 tank Abrams, Inggris mengirimkan 14 tank Challenger 2, Jerman mengirimkan 14 tank Leopard 2, dan Spanyol mengirimkan enam tank Leopard 2.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement