REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan terus bekerja dengan negara-negara lain untuk memastikan pergerakan biji-bijian keluar dari Ukraina. Rusia menghentikan partisipasi dalam kesepakatan yang diperantarai Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Turki Black Sea Grain Initiative pada Senin (17/7/2023).
Meski berjanji mendorong pergerakan biji-bijian Ukraina, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby menyatakan AS tidak mempertimbangkan gunakan aset militer untuk membantu melindungi pengiriman biji-bijian. Gedung Putih mengatakan penangguhan pakta oleh Rusia akan memperburuk ketahanan pangan dan merugikan jutaan orang.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken menyebut tindakan Rusia sebagai upaya tidak masuk akal. "Sayangnya, bagian dari perjanjian Laut Hitam terkait Rusia sejauh ini belum dilaksanakan, sehingga efeknya dihentikan," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov saat melakukan pengumuman perjanjian tersebut.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengisyaratkan, bahwa penarikan Rusia berarti bahwa pakta terkait untuk membantu ekspor biji-bijian dan pupuk Rusia juga dihentikan. "Keputusan hari ini oleh Federasi Rusia akan memukul orang-orang yang membutuhkan di mana-mana," katanya.
Ukraina dan Rusia adalah beberapa pengekspor biji-bijian dan bahan makanan lain terbesar di dunia. Gangguan apa pun dapat menaikkan harga pangan di seluruh dunia.
Direktur darurat di Afrika Timur untuk Komite Penyelamatan Internasional (IRC) Shashwat Saraf mengatakan, dampak penghentian kesepakatan akan sangat besar di Somalia, Ethiopia, dan Kenya. negara-negara itu telah menghadapi kekeringan terburuk di Tanduk Afrika dalam beberapa dekade.
Harga komoditas pangan global naik pada Senin, meski kenaikannya terbatas. Kondisi ini menunjukkan pedagang belum mengantisipasi krisis pasokan yang parah.
Negara-negara Barat mengatakan, Rusia mencoba menggunakan pengaruhnya atas kesepakatan biji-bijian untuk melemahkan sanksi keuangan yang tidak berlaku untuk ekspor pertanian Rusia.