Senin 24 Jul 2023 19:03 WIB

Komite Penyelidikan Rusia akan Selidiki Kematian Jurnalis Perang di Ukraina

Sebelumnya Kemenhan Rusia mengatakan seorang jurnalis tewas oleh bom tandan Ukraina.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nidia Zuraya
 Pencari ranjau Ukraina mempersiapkan lokasi untuk peledakan terkendali ranjau anti-tank dan bahan peledak lainnya yang ditemukan di dekat kota Bucha,  Ukraina, 13 April 2023.
Foto: EPA-EFE/SERGEY DOLZHENKO
Pencari ranjau Ukraina mempersiapkan lokasi untuk peledakan terkendali ranjau anti-tank dan bahan peledak lainnya yang ditemukan di dekat kota Bucha, Ukraina, 13 April 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Komite Penyelidikan Rusia mengatakan mereka meluncurkan penyelidikan pidana terhadap pembunuhan wartawan perang di Ukraina. Sebelumnya Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan kematian Rostislav Zhuralev disebabkan bom tandan Ukraina.

"Formasi angkatan bersenjata Ukraina mengincar dan dengan sengaja menembak sekelompok jurnalis Rusia," kata komite di situsnya, Senin (24/7/2023).

Baca Juga

Komite mengatakan para jurnalis itu sedang bekerja di dekat Pyatikhatka, sebelah selatan wilayah Zaporizhzhia, Ukraina. Komite tidak menyebutkan jenis senjata yang digunakan tapi mengatakan Zhuravlev yang merupakan wartawan kantor berita RIA tewas terbunuh.

Komite menambahkan jurnalis RIA lainnya Konstantin Mikhalchevsky dan dua pegawai surat kabar Izvestia oman Polshakov dan Dmitry Shikov, terluka.

"Dalam bagian penyelidikan, penyidik akan akan menetapkan jenis kejahatan terhadap perwakilan media, serta yang terlibat di dalamnya," kata komite.

Komite menambahkan ketua komite menominasikan Zhuravlev "salah satu jurnalis yang selalu menjaga dan menginformasikan kebenaran" untuk penghargaan. Ukraina menerima bom tandan dari Amerika Serikat pada bulan ini. Kiev berjanji hanya menggunakan untuk membubarkan konsentrasi pasukan musuh.

Detail insiden tersebut belum dapat diverifikasi secara mandiri. Kedua belah pihak menggunakan bom tandan dalam invasi Rusia ke Ukraina yang sudah berlangsung selama 17 bulan.

Banyak negara yang melarang penggunaan bom tandan karena pecahannya akan menghujani daerah sekitar target. Senjata itu juga menimbulkan resiko pada warga sipil. Beberapa bom langsung meledak tapi sebagian bisa meledak beberapa tahun kemudian.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement