REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Kremlin pada Selasa (25/7/2023) menolak seruan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres agar Moskow bergabung kembali dengan kesepakatan biji-bijian. Kremlin mengatakan, Rusia tidak mungkin kembali bergabung dengan kesepakatan ekspor biji-bijian sampai kesepakatan yang berkaitan dengan kepentingan Rusia dihormati.
Pada Senin (24/7/2023) Guterres mendesak Rusia untuk mengizinkan Ukraina mengekspor biji-bijian dengan aman dari pelabuhannya. Tetapi Kremlin menyatakan, proposal Guterres tidak menjawab keluhan utamanya yaitu tidak ada kemajuan dalam kesepakatan yang dirancang untuk memfasilitasi ekspor makanan dan pupuk Rusia.
"Memang, surat Guterres sekali lagi menetapkan semacam rencana aksi dan berisi janji bahwa pada titik tertentu akan memungkinkan untuk menerapkan permintaan Rusia dari kesepakatan ini," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov kepada wartawan.
"Sayangnya, saat ini tidak mungkin untuk kembali ke kesepakatan karena (perjanjian terkait Rusia) tidak dilaksanakan, dan secara de facto tidak pernah dilaksanakan," ujar Peskov.
Peskov mengatakan, Presiden Vladimir Putin telah menjelaskan bahwa Moskow siap untuk menghidupkan kembali kesepakatan ketika memorandum terkait dengan Rusia dipenuhi. Kesepakatan biji-bijian ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Turki pada Juli tahun lalu. Kesepakatan ini bertujuan untuk membantu mencegah krisis pangan global, dengan mengizinkan ekspor biji-bijian dari Ukraina dengan aman melalui Laut Hitam, yang sebelumnya diblokade oleh Rusia.
Peskov mengatakan, penting bagi Rusia untuk membahas pasokan biji-bijian dengan negara-negara Afrika dalam pertemuan puncak Rusia-Afrika pada 27-28 Juli. Rusia telah berbicara tentang kemungkinan memasok biji-bijian murah atau gratis ke negara-negara termiskin di Afrika.