Kamis 03 Aug 2023 05:01 WIB

Apa Penyebab Rekor Curah Hujan di Beijing dan Cina Utara?

Hujan ekstrem melanda Beijing, Tianjin, dan provinsi Hebei.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Media pemerintah Cina melaporkan 11 orang tewas dan 27 orang lainnya hilang akibat banjir di pegunungan sekitar ibu kota Beijing.
Foto: AP
Media pemerintah Cina melaporkan 11 orang tewas dan 27 orang lainnya hilang akibat banjir di pegunungan sekitar ibu kota Beijing.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Hujan ekstrem melanda Beijing, Tianjin, dan provinsi Hebei setelah Topan Doksuri singgah ke Cina pada akhir Juli. Setelah topan menjauh, banjir dan kerusakan yang meluas di wilayah seluas Inggris pun ditinggalkan.

Zhuozhou berada di provinsi Hebei, yang telah menanggung beban badai terburuk yang melanda Cina utara dalam lebih dari satu dekade. Sekitar 9.000 penyelamat telah dikirim ke Zhuozhou, dengan lebih banyak tim penyelamat bergegas dari provinsi tetangga Henan dan Shanxi.

Baca Juga

Badai telah menewaskan sedikitnya 20 orang dan menyebabkan ratusan ribu penduduk mengungsi. Peristiwa alam ini menjadi yang terburuk melanda Cina dalam lebih dari satu dekade, dengan Beijing mengalami curah hujan terberat dalam 140 tahun.

Seberapa Parah Curah Hujan?

Jumlah curah hujan sejak Sabtu telah memecahkan banyak rekor meteorologi lokal. Sebuah waduk di distrik Changping Beijing mencatat pembacaan curah hujan 744,8 mm antara Sabtu hingga Rabu(29-2/7-8/2023).

Laporan curah hujan ini menjadi yang terbanyak di kota itu dalam lebih dari 140 tahun. Jumlahnya jauh melebihi rekor sebelumnya 609 mm yang ditetapkan pada 1891.

Hujan yang terus-menerus mendorong Beijing untuk menggunakan waduk penampung banjir untuk pertama kalinya sejak didirikan 25 tahun lalu. Penggunaan ini untuk mengalihkan air banjir.

Sedangkan di Hebei, satu stasiun cuaca lokal mencatat curah hujan 1.003 mm selama periode tiga hari dari Sabtu hingga Senin. Jumlah yang biasanya terjadi selama setengah tahun.

Bagaimana Hujan Ekstrem Terjadi?

Menurut ahli meteorologi Cina, aliran udara yang hangat dan lembab serta uap air yang dibawa oleh Topan Khanun bergerak perlahan di Pasifik Barat menciptakan kondisi hujan lebat. Kondisi itu memperparah sisa-sisa dari Topan Doksuri.

Saat sisa sirkulasi awan hujan Doksuri mengarah ke utara, sistem tekanan tinggi subtropis dan kontinental di atmosfer juga memblokir jalur utara dan timurnya. Momen ini mengarah ke konvergensi uap air yang terus berlanjut yang bertindak seperti bendungan yang menyimpan air.

Fitur topografi di daerah tersebut juga berkontribusi terhadap cuaca. Saat sejumlah besar uap berkumpul di Cina utara, uap kemudian diangkat oleh angin ketinggian rendah, menggeser curah hujan ke timur pegunungan Taihang, tempat daerah yang paling parah terkena dampak banjir.

Sementara itu, serangkaian awan konvektif berkumpul di area tersebut. Kondisi itu mengakibatkan hujan lebat dalam waktu yang lama, semakin memperburuk kerusakan dan mempersulit operasi penyelamatan.

Seberapa Besar Hujan Mengakibatkan Kerusakan?

Bagian perkotaan Beijing, ratusan jalan tergenang air, memaksa taman dan tempat wisata ditutup. Ratusan penerbangan ditunda atau dibatalkan di dua bandara utama kota itu. Beberapa jalur kereta bawah tanah dan kereta api juga ditangguhkan.

Dampak hujan lebih terasa di pinggiran barat kota. Di distrik Mentougou dan Fangshan, air yang mengamuk mengalir di jalanan, menyapu mobil-mobil. Desa-desa di daerah pegunungan terputus, mendorong pihak berwenang untuk mengerahkan helikopter untuk mengantarkan makanan, air, dan pasokan darurat.

Zhuozhou Hebei, sebuah kota dengan lebih dari 600 ribu orang di barat daya Beijing, setengah terendam. Sekitar 134 ribu penduduk terkena dampak dan seperenam penduduk kota dievakuasi.

Apakah Peristiwa Cuaca yang Serupa Terjadi di Masa Lalu?

Hujan dengan intensitas yang terlihat dalam peristiwa terbaru setelah topan yang melemah tidak biasa terjadi di Beijing dan sekitarnya. Ibukota Cina telah mengamati setidaknya 12 insiden hujan signifikan yang dibawa oleh topan sejak pihak berwenang mulai mencatat.

Pada 2017 dan 2018, Topan Haitang dan Ampil menurunkan curah hujan lebih dari 100 mm di Beijing. Salah satu peristiwa hujan paling signifikan disebabkan oleh Topan Wanda pada  1956, yang melepaskan curah hujan lebih dari 400 mm di kota berpenduduk padat tersebut.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement