Selasa 15 Aug 2023 15:43 WIB

Taiwan Tak Melihat Adanya Ancaman Militer Cina terhadap Kunjungan Wapresnya ke AS

Cina kemungkinan akan meluncurkan latihan militer minggu ini di dekat pulau Taiwan.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Kapal bergerak melalui Selat Taiwan seperti yang terlihat dari tempat pemandangan 68 mil laut, titik terdekat di daratan Cina ke pulau Taiwan, di Pingtan di Provinsi Fujian Cina tenggara, Jumat, 5 Agustus 2022. Cina melakukan
Foto: AP Photo/Ng Han Guan
Kapal bergerak melalui Selat Taiwan seperti yang terlihat dari tempat pemandangan 68 mil laut, titik terdekat di daratan Cina ke pulau Taiwan, di Pingtan di Provinsi Fujian Cina tenggara, Jumat, 5 Agustus 2022. Cina melakukan

REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Kementerian Pertahanan Taiwan mengatakan pada hari Selasa (15/82023), bahwa pihaknya belum melihat adanya ancaman atau latihan berskala besar, yakni tindakan dari militer Cina di dekat pulau tersebut setelah sebelumnya, Beijing mengutuk kunjungan singkat Wakil Presiden Taiwan William Lai ke Amerika Serikat.

Cina pada hari Ahad (13/8/2023), mengecam persinggahan Lai di AS dalam perjalanannya ke Paraguay, dengan mengatakan bahwa dia adalah seorang separatis dan "terus sebagai pembuat onar." Selanjutnya, Beijing mengancam akan mengambil langkah tegas untuk melindungi kedaulatannya.

Baca Juga

Para pejabat Taiwan mengatakan bahwa Cina kemungkinan akan meluncurkan latihan militer minggu ini di dekat pulau tersebut. Diantaranya, menggunakan persinggahan Lai di AS sebagai dalih untuk mengintimidasi para pemilih di Taiwan, menjelang pemilu tahun depan dan membuat mereka "takut akan perang."

Sampai saat ini, Lai masih memimpin dalam jajak pendapat. Ketika ditanya dalam sebuah konferensi pers mengenai aktivitas militer Cina dalam menanggapi perjalanan Lai, juru bicara kementerian pertahanan Taiwan, Sun Li-fang, mengatakan bahwa adalah tanggung jawab angkatan bersenjata untuk melacak aktivitas Cina di dekat Taiwan.

"Tentara nasional menjunjung tinggi prinsip 'tidak takut pada musuh dan tidak memprovokasi' ketika menghadapi semua kegiatan Partai Komunis Tiongkok," kata Sun.

Akan tetapi, Taiwan belum melihat adanya latihan atau tindakan "berskala relatif besar" yang dilakukan oleh militer Cina, katanya. "Tetapi ini tidak berarti kami akan menurunkan kewaspadaan atau tekad kesiapsiagaan perang kami," tambahnya.

Ketika ditanya apakah Cina akan meluncurkan lebih banyak latihan perang di sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas kunjungan Lai ke AS, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin menegaskan bahwa Cina akan "mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi kedaulatan dan integritas teritorial kami". Namun dia tidak menjelaskan lebih lanjut.

Lima pesawat tempur Cina telah memasuki zona identifikasi pertahanan udara Taiwan dalam 24 jam hingga Selasa pagi, terdiri dari satu Su-30, dua J-10 dan dua J-16D, demikian ungkap kementerian pertahanan Taiwan dalam laporan harian tentang aktivitas Cina.

J-16D adalah varian perang elektronik dari salah satu pesawat tempur paling modern di Cina. Beijing telah meluncurkan serangan militer hampir setiap hari ke zona pertahanan udara Taiwan dalam beberapa tahun terakhir untuk menekan Taipei agar menerima kedaulatan Cina.

Sementara itu, Lai akan kembali ke Taipei pada hari Jumat (18/8/2023) mendatang, kembali melalui San Francisco. Sedangkan Cina berhasil meluncurkan latihan perang putaran terakhirnya di sekitar Taiwan pada bulan April, sehari setelah Presiden Tsai Ing-wen kembali dari perjalanan ke California di mana ia bertemu dengan Ketua DPR AS Kevin McCarthy.

Baik Taiwan maupun Amerika Serikat bertujuan agar persinggahan Lai di AS sesedikit mungkin, dengan mengatakan bahwa transit semacam itu adalah hal yang rutin. Pada hari Ahad, Lai mengatakan kepada para pendukungnya di New York bahwa Taiwan tidak akan takut atau mundur dalam menghadapi ancaman otoriter.

Berbicara kepada para wartawan pada hari Selasa, Perdana Menteri Taiwan Chen Chien-jen mengimbau agar China menanggapi kunjungan Lai ke AS dengan tenang, dengan mengatakan bahwa transit presiden dan wakil presiden seperti itu telah berlangsung selama bertahun-tahun.

"Tidak perlu bagi Cina untuk mengambil kesempatan ini untuk memprovokasi tanpa alasan," kata Chen.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement