Jumat 18 Aug 2023 14:04 WIB

Ankara akan Jamin Keamanan Kapal Pengangkut Biji-bijian dari Ukraina

Pada 17 Juli 2023, Moskow menolak memperpanjangan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Kapal kargo melintasi Selat Bosphorus di Istanbul, Turki. ilustrsi
Foto: AP Photo/Khalil Hamra
Kapal kargo melintasi Selat Bosphorus di Istanbul, Turki. ilustrsi

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Turki siap menjamin transit tanpa hambatan melalui Selat Turki, Bosporus dan Dardanelles, untuk kapal-kapal yang membawa muatan biji-bijian dari pelabuhan Ukraina. D dilaporkan saluran TV Haber Global, mengutip sumber-sumber di Kementerian Pertahanan Turki, Jumat (18/8/2023). 

"Sejauh yang kami tahu, belum ada kapal yang berangkat dari Ukraina. Namun, jika ada yang datang, maka akan diberikan izin untuk melewati selat," kata sumber tersebut seperti dikutip di halaman saluran TV di platform media sosial X, yang sebelumnya dikenal dengan Twitter. 

Baca Juga

Sementara itu, portal berita Elips Haber mengatakan, mengutip sumber-sumber di Kementerian Pertahanan Turki, bahwa, "kapal pertama telah berangkat melalui koridor baru."

Pada 16 Agustus, kapal pengangkut kontainer berbendera Hong Kong, Joseph Schulte, berangkat dari pelabuhan Odessa, tempat kapal tersebut berlabuh sejak awal operasi militer khusus Rusia. Kemudian kapal meninggalkan perairan teritorial Ukraina. 

Menurut data yang disediakan oleh layanan pelacakan kapal Marine Traffic, kapal tersebut menuju ke pelabuhan Ambarli di Turki. "Kapal tersebut adalah kapal pertama yang menggunakan "koridor sementara" yang diumumkan oleh Kiev dari pelabuhan-pelabuhan Laut Hitam Ukraina," kata Wakil Perdana Menteri Ukraina Alexander Kubrakov.

Pada 10 Agustus, angkatan bersenjata Ukraina mengumumkan pembukaan "koridor sementara" di Laut Hitam untuk kapal-kapal komersial yang menuju ke atau dari pelabuhan Chernomorsk, Odessa, dan Yuzhny. Kiev memperingatkan bahwa ancaman militer dan ranjau masih tetap ada di rute tersebut.

Oleh karena itu, Kiev menegaskan hanya kapal-kapal yang pemilik dan kaptennya "secara resmi mengonfirmasi kesiapan mereka untuk berlayar dalam kondisi seperti itu" yang diizinkan, untuk mengambil rute tersebut. Disebutkan bahwa rute tersebut akan digunakan pertama-tama untuk memungkinkan kapal-kapal sipil yang tertahan di tiga pelabuhan Ukraina sejak akhir Februari 2022 untuk berangkat.

Pembatasan navigasi Laut Hitam

Pada tanggal 12 Agustus 2023 lalu, Menteri Pertahanan Turki Yasar Guler mengatakan bahwa Ankara sedang mendiskusikan masalah pengembalian kapal-kapal Turki yang diblokir di Ukraina dengan Moskow dan Kiev, meskipun ia menambahkan bahwa tidak ada jaminan. "Dua belas kapal komersial Turki dan satu kapal derek yang rusak terjebak di pelabuhan Ukraina," katanya.

Pada tanggal 17 Juli 2023, Moskow menolak untuk menyetujui perpanjangan kesepakatan biji-bijian Laut Hitam. Padahal pada awalnya telah disepakati melalui perjanjian Istanbul pada bulan Juli 2022, untuk menjamin ekspor tetap berjalan.

Bukan hanya kesepakatan biji-bijian Ukraina yang diizinkan, disepakati juga pencabutan pembatasan untuk mengizinkan ekspor produk pertanian dan pupuk Rusia. 

Moskow mengatakan bahwa mereka menarik diri dari kesepakatan tersebut karena kegagalan pihak-pihak lain untuk memenuhi kewajiban mereka di bawah ketentuan-ketentuan terkait Rusia. Karena dalam perjanjian di Istanbul kesepakatan juga menyerukan untuk memfasilitasi ekspor produk pertanian Rusia ke pasar global.

Kemudian, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa, karena penghentian kesepakatan biji-bijian, efektif pada tengah malam tanggal 20 Juli, Moskow akan menganggap semua kapal yang menuju pelabuhan Ukraina melalui Laut Hitam sebagai pembawa kargo militer. Sementara negara bendera kapal-kapal tersebut akan dianggap sebagai pihak yang terlibat dalam konflik Ukraina dari sisi Kiev. 

Selain itu, kementerian tersebut mengumumkan bahwa sejumlah wilayah laut di bagian barat laut dan tenggara perairan internasional Laut Hitam untuk sementara waktu dianggap berbahaya untuk navigasi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement