Selasa 22 Aug 2023 16:25 WIB

PBB: 200 Warga Palestina Gugur Sepanjang Tahun Ini

Tingkat kekerasan di Palestina pada 2023 melampaui jumlah korban tewas tahun lalu.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
WashWarga Palestina yang menjadi korban kebiadaban Isarel. ilustrasi
Foto: AP
WashWarga Palestina yang menjadi korban kebiadaban Isarel. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Lebih dari 200 warga Palestina dan hampir 30 warga Israel telah terbunuh sepanjang tahun ini di Tepi Barat dan Israel. Utusan PBB untuk Timur Tengah mengatakan, tingkat kekerasan pada 2023 melampaui jumlah korban tewas tahun lalu dan jumlah kematian tertinggi sejak 2005.

Koordinator Khusus PBB untuk Proses Perdamaian Timur Tengah, Tor Wennesland mengatakan kepada Dewan Keamanan PBB, peningkatan kekerasan dipicu oleh meningkatnya keputusasaan terhadap masa depan warga Palestina dan kurangnya kemajuan dalam mencapai negara merdeka.

Baca Juga

 

 “Warga Palestina dan Israel terbunuh dan terluka dalam kekerasan yang hampir terjadi setiap hari, termasuk beberapa jam sebelum pengarahan ini terjadi serangan penembakan fatal lainnya yang menewaskan seorang Israel di Tepi Barat,” kata Wennesland kepada Dewan Keamanan, berbicara dari Yerusalem.

“Kurangnya kemajuan menuju cakrawala politik yang mengatasi isu-isu inti yang mendorong konflik telah meninggalkan kekosongan yang berbahaya dan mudah berubah, diisi oleh ekstremis di semua pihak,” kata Wennesland.

Wennesland mengatakan, tindakan sepihak terus meningkatkan permusuhan, kendati Israel dan Palestina telah mengambil beberapa tindakan untuk menstabilkan situasi saat ini. Wennesland menyoroti perluasan permukiman ilegal Israel yang terus berlangsung, penghancuran rumah-rumah Palestina oleh Israel, operasi oleh pasukan Israel di wilayah pendudukan Tepi Barat, dan serangan oleh pemukim Israel di desa-desa Palestina.

Wennesland juga mengutip peninglatan aktivitas militan Palestina. Dia mengatakan, situasi saat ini diperparah oleh “kerapuhan” situasi keuangan Otoritas Palestina serta kekurangan dana yang dihadapi oleh badan-badan PBB termasuk badan PBB untuk pengungsi Palestina, UNRWA.

“Sementara kita harus segera fokus untuk mengatasi masalah yang paling kritis dan menurunkan situasi di lapangan, kita tidak dapat mengabaikan kebutuhan untuk memulihkan cakrawala politik,” kata Wennesland, dilaporkan Aljazirah, Selasa (22/8/2023).

Duta Besar Amerika Serikat untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield menyerukan langkah segera untuk mengurangi kekerasan yang meningkat dan menegaskan kembali dukungan pemerintahnya untuk solusi dua negara. Sementara Wakil Duta Besar Rusia untuk PBB, Dmitry Polyanskiy mengatakan, stagnasi jangka panjang dalam proses perdamaian diperburuk oleh tindakan sepihak Israel yang terus berlanjut untuk menciptakan fakta yang tidak dapat diubah di lapangan.

"Terjadi kecepatan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam perluasan pemukiman ilegal Israel, yang menjadi ancaman besar," ujar Polyanskiy.

Koordinator politik Prancis untuk PBB, Isis Jaraud-Darnault juga mengutuk penjajahan Israel atas wilayah Palestina, dan penghancuran berkelanjutan Israel atas rumah dan infrastruktur Palestina, termasuk sebuah sekolah di wilayah Ramallah Tepi Barat. Sekolah itu dibiayai oleh donor Eropa termasuk Perancis.

Pejabat faksi Fatah mengatakan, bentrokan militer bukanlah pilihan untuk menyelesaikan konflik terbaru. Dia mengatakan, normalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara di kawasan berkontribusi terhadap stabilitas dan keamanan.

“Namun dinamika ini akan tetap tidak lengkap selama tidak disertai dengan dimulainya kembali proses politik menuju solusi yang memenuhi aspirasi sah warga Palestina dan Israel," ujar pejabat itu. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement