REPUBLIKA.CO.ID, Mantan petinggi intelijen Israel (IDF) yang kemudian menjadi atase militer pertama Israel di Iran, Yaakov Nimrodi meninggal di usia 97 tahun. Nimrodi meninggal pada Senin (21/8/2023) di Sheba Medical Center setelah lama sakit.
Dikutip dari The Times of Israel, Kamis (24/8/2023) Nimrodi lahir di Bagdad pada tahun 1926, dan dua minggu kemudian pindah bersama keluarganya ke wilayah Palestina. Pada tahun 1940-an, Nimrodi bergabung dengan milisi Israel, Haganah, dengan bantuan Yitzhak Navon yang menjabat sebagai presiden kelima Israel dari tahun 1978 hingga 1983.
Nimrodi kemudian bergabung dengan, pasukan penyerang elit Haganah, Palmach pada tahun 1947. Sebelum bertugas di Angkatan Bersenjata Israel dan menjadi mata-mata Mossad setelah Israel didirikan.
Selama karirnya di IDF, Nimrodi memimpin beberapa operasi yang sangat sensitif, beberapa di antaranya masih dirahasiakan. Pada tahun 1956 ia terlibat pembunuhan Mustafa Hafez.
Pembunuhan kolonel Mesir yang merekrut pengungsi Palestina untuk melakukan serangan lintas batas itu merupakan operasi pembunuhan negara Israel pertama.
Pada tahun 1955-1959 Nimrodi mendirikan dan mengepalai kantor Mossad di Teheran, membantu orang-orang Yahudi dari Irak yang melarikan diri ke Israel, dan membangun jaringan mata-mata yang berharga.
Ia kemudian menjabat sebagai atase militer pertama Israel di Iran. Dari tahun 1960 hingga 1969, ia menandatangani perjanjian pertahanan dengan Iran sebagai atase militer pertama IDF di Teheran.
Sebelum Revolusi 1979, Israel memiliki hubungan dekat dengan Iran. Selama menjabat Nimrodi terlibat dalam dalam Operasi Diamond.
Operasi itu memfasilitasi pembelotan seorang pilot Irak yang menerbangkan jet tempur MiG-21, pesawat Unis Soviet paling canggih pada saat itu, dan mendaratkannya di Israel pada tahun 1966. Pesawat tersebut memberikan wawasan berharga bagi para ilmuwan Amerika dan Israel.
Setelah sukses berkarir di militer, Nimrodi menjadi seorang pengusaha. Selama beberapa waktu ia tetap fokus di Iran, tempat ia membangun lusinan pabrik desalinasi.
Nimrodi mengakuisisi surat kabar Maariv pada tahun 1992 dan menunjuk putranya Ofer sebagai pemimpin redaksi. Pada saat itu, surat kabar tersebut terlibat dalam persaingan yang ketat dengan harian Yedioth Ahronoth.
Nimrodi dihukum karena menghalangi proses peradilan dan dijatuhi hukuman percobaan karena skandal penyadapan yang melibatkan surat kabar saingannya. Skandal ini juga menyebabkan putranya Ofer dihukum dan dipenjara pada tahun 1998.
Nimrodi meninggalkan istrinya Rivka, anak-anaknya Ofer, Samdar, dan Yael, 15 cucu, dan 12 cicit. Anak perempuan lain, Ruth, tewas dalam perjalanan ke Sinai ketika kendaraannya menabrak ranjau darat pada tahun 1996.
Dalam sebuah pernyataan, Ofer Nimrodi memuji ayahnya sebagai seorang “Zionis, pahlawan Israel, pria yang memiliki visi dan tindakan, murah hati dalam jiwanya, seorang pria berkeluarga yang menawan, dan seorang ayah yang tiada duanya.”