REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Upaya Korea Utara untuk mengirim satelit mata-mata militer ke orbit berakhir dengan kegagalan untuk kedua kalinya. Peluncuran tersebut dilakukan pada Kamis (24/8/2023) dini hari, tetapi gagal karena ada masalah dengan roket tahap ketiga yang membawa satelit tersebut.
“Penerbangan roket tahap pertama dan kedua berjalan normal, namun peluncuran tersebut gagal karena kesalahan dalam sistem peledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga,” kata laporan kantor berita Pemerintah Korea Utara, KCNA.
Militer Korea Selatan mengatakan pihaknya mendeteksi peluncuran dari Stasiun Peluncuran Satelit Sohae sekitar pukul 3:50 dini hari waktu setempat. Militer Korea Selatan melacak roket tersebut saat melintasi wilayah udara internasional di atas Laut Kuning.
Sekitar 10 menit kemudian, penduduk di prefektur paling selatan Jepang, Okinawa, menerima peringatan darurat yang menyarankan mereka untuk berlindung di dalam ruangan. Peringatan darurat dicabut setelah sekitar 20 menit. NHK melaporkan, beberapa puing mungkin mendarat di Pasifik, dekat Filipina.
Satelit mata-mata adalah rencana prioritas Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un untuk memodernisasi militer negaranya dan mengembangkan senjata mutakhir. Upaya peluncuran pertama pada Mei juga berakhir dengan bencana dan para pejabat menyebutnya sebagai kegagalan terbesar. Para pejabat berjanji untuk mencoba lagi peluncuran satelit tersebut.
Dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, Kepala Sekretaris Kabinet Jepang, Hirokazu Matsuno mengatakan peluncuran rudal yang berulang kali merupakan ancaman terhadap keamanan regional. “Kami akan memprotes keras Korea Utara dan mengutuknya sekeras-kerasnya,” kata Matsuno.
Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengecam peluncuran tersebut. Dewan mengatakan, peluncuran itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB yang melarang penggunaan teknologi rudal balistik oleh Pyongyang.
Amerika Serikat juga mengatakan peluncuran tersebut melanggar resolusi PBB dan mendesak Korea Utara untuk menahan diri dari aktivitas ancaman lebih lanjut. AS menyerukan Pyongyang untuk terlibat dalam diplomasi yang serius.
“Kendaraan peluncuran luar angkasa (SLV) menggabungkan teknologi yang identik, dan dapat dipertukarkan dengan, yang digunakan dalam rudal balistik, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM),” kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS dalam sebuah pernyataan, dilaporkan Aljazirah.
Peluncuran tersebut dilakukan beberapa hari setelah para pemimpin Korea Selatan, Jepang dan Amerika Serikat bertemu di Washington, DC. Peluncuran satelit juga berlangsung ketika pasukan Amerika dan Korea Selatan melakukan latihan militer tahunan Ulchi Freedom Shield. Korea Utara mengklaim latihan semacam itu adalah latihan perang.