Sabtu 02 Sep 2023 07:06 WIB

Bea Cukai AS Temukan Pakaian dari Kapas Xinjiang yang Dilarang Beredar

Jumlah kapas Xinjiang yang masuk ke AS harus nol.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Seorang pekerja mengisi bibit kapas pada mesin penebar bibit di areal perkebunan kapas di Prefektur Changji, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina, 21 April 2021.
Foto:

“Jumlah kapas Xinjiang yang masuk ke AS harus nol. Jadi, angka di atas nol persen seharusnya menjadi peringatan nyata," ujar Murphy.

Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan mengatakan pada Juni, pihaknya memprioritaskan tindakan terhadap barang-barang yang berisiko paling tinggi berdasarkan data dan intelijen saat ini. Namun badan itu menjelaskan, membagikan lebih banyak rincian secara publik akan mengkompromikan keberhasilan pekerjaan dan  keamanan ekonomi serta nasional AS.

Direktur eksekutif Bea Cukai AS untuk penyelesaian perdagangan dan penegakan hukum Eric Choy menyatakan, pengujian isotop belum menjadi proses rutin bagi badan tersebut. Dia menyatakan, para pejabat di masing-masing pelabuhan AS dapat meminta pengujian jika menerima tuduhan tentang pengiriman tertentu atau mencurigai barang-barang tersebut ada kaitannya dengan Xinjiang.

Banyak pengecer juga beralih ke pengujian isotop dalam upaya menjaga rantai pasokan bebas dari kapas yang terkait dengan kerja paksa. Barang-barang yang diproduksi sebagian atau seluruhnya di Xinjiang dilarang di AS.

Sebuah laporan federal yang diterbitkan tahun lalu memperkirakan, bahwa kapas dari Xinjiang menyumbang sekitar 87 persen produksi Cina dan 23 persen pasokan global pada 2020 hingga 2021. Negara-negara termasuk Vietnam, Kamboja, dan Bangladesh masih mengimpor kain jadi dalam jumlah besar dari Cina. Produk tersebut kemudian sering kali sampai ke AS dalam bentuk pakaian siap pakai yang dibuat oleh pemasok di negara-negara tersebut.

Tapi, para pejabat mengatakan pengujian isotop saja tidak cukup untuk membersihkan pengiriman yang ditahan di pelabuhan AS karena diduga terkait dengan Xinjiang. Semakin banyak pengecer dan produsen yang memeriksa secara langsung bahan-bahan mulai dari benang hingga kain jadi di berbagai titik dalam rantai pasokan  menggunakan analisis ini. Namun, tidak ada jaminan bahan yang sama digunakan dalam produk siap pakai.

“Ini bukan solusi yang tepat. Pengujian yang dilakukan pada tingkat pemintalan atau tingkat benang dalam rantai pasokan belum tentu mewakili pengiriman yang sebenarnya," ujar Choy. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement