Kamis 14 Sep 2023 18:33 WIB

Gurita Bisnis Negeri Arab Miliki Perusahaan-Perusahaan Barat

Saudi saat ini mempunyai saham di Nintendo, Uber, Boeing.

Pengunjung melihat stan STC di Mobile World Congress, Barcelona, Spanyol, Selasa (28/2/2023).
Foto:

Berbulan-bulan STC membuat rancangan 2,25 miliar dolar AS, ujar seorang sumber. Dengan kesepakatan ini, Telefonica mendapatkan dana yang dibutuhkan sedangkan STC memperoleh tenaga ahli untuk memodernisasi infrastruktur telekomunikasinya. 

Namun sejumlah pihak di Spanyol khawatir dengan kesekapatan itu karena bisa saja Saudi terlalu banyak memengaruhi infrastruktur telekomunikasi dan internet Spanyol. 

Di STC, terdapat 64 persen saham PIF, mesin utama putra mahkota Saudi, Pangeran Muhammad bin Salman (MBS) untuk menggerakkan Visi 2030 yang tujuannya memiliki banyak saham di berbagai perusahaan global dan melepas ekonomi Saudi dari ketergantungan pada minyak.

Para investor dari Timur Tengah dalam beberapa waktu ini telah memiliki saham di perusahaan-perusahaan Spanyol. UEA melalui sovereign wealth fund Mubadala punya salah di perusahaan minyak Cepsa dan operator jaringan gas, Enagas.

Sedangkan sovereign wealth fund QIA, milik Qatar merupakan pemegang saham Iberdrola.

Perusahaan telepon UEA, e&, yang sebelumnya bernama Etisalat tahun ini meningkatkan kepemilikan di perusahaan telekomunikasi terkemuka Eropa yaitu Vodafone, dari 10 hingga hampir 15 persen. Bulan lalu, mereka mempertimbangkan untuk bisa memiliki 20 persen. 

Pekan lalu, Wakil Perdana Menteri Spanyol, Nadia Calvino, mengatakan saham di Telefonica perlu dikaji lagi dengan pertimbangan kepentingan strategis Spanyol. Mereka khawatir bakal berpengaruh pada sektor pertahanan mereka. 

Inggris juga khawatir apakah hubungan Vodafone dengan e& berdampak pada rencana merger sebelumnya yang bernilai 19 miliar dolar AS dengan rival, Three, yang saat ini dikaji oleh badan pengawas persaingan usaha. 

Three dimiliki oleh CK Hutchison yang berbasis di Hong Kong dan kesepakatan akan memberi Cina, juga UEA aksesk ke infrastruktur komunikasi Inggris. Namun sejumlah pengamat menyatakan kekhawatiran itu berlebihan. 

Terkait catatan HAM dan ancaman keamanan, misalnya soal akses telekomunikasi dan internet, Direktur GIGA Institute for Middle East Studies, Eckart Woertz mengungkapkan pragmatism biasanya lebih domin dalam bisnis khususnya saat krisis. 

‘’Bagi perusahaan, HAM bukan perhatian utama mereka. Ini tentang pertumbuhan bisnis dan sebagai investor, negara-negara Teluk itu sangat berguna,’’ katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement