REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manesseh Sogavare, menolak pertemuan pemimpin Kepulauan Pasifik di Gedung Putih pekan ini untuk menghindari "ceramah" dari Amerika Serikat. Selain itu, ia mengatakan memiliki masalah yang lebih mendesak di dalam negeri.
Sogavare, yang membangun hubungan dekat dengan Cina, mengadakan konferensi pers pada Rabu (27/9/2024) usai menghadiri Majelis Umum PBB. Meski berada di AS, ia menolak untuk ikut Forum Kepulauan Pasifik di Washington selama dua hari.
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan pemimpin kepulauan Pasifik dalam pertemuan kedua di Gedung Putih dalam satu tahun pada Senin (25/9/2023). Pertemuan ini merupakan bagian dari upaya menahan langkah Cina yang terus memperkuat pengaruh di kawasan yang dianggap strategis oleh Washington.
Sogavare mengatakan ia menghadiri pertemuan pertama tahun lalu dan "tidak ada yang dihasilkan dari pertemuan itu".
"Mereka menguliahi Anda tentang betapa hebatnya mereka," kata Sogavare. menurut video konferensi pers yang diterbitkan perusahaan media Kepulauan Solomon, Tavuli News.
Pada Ahad (24/9/2023) seorang pejabat Pemerintahan Biden mengatakan Gedung Putih "kecewa" Sogavare tidak akan hadir. Sogavare mengatakan dia pulang karena karena masa sidang parlemen 10 minggu.
Dalam sebuah pernyataan Perdana Menteri Papua Nugini James Marape mengatakan dalam pertemuan tersebut AS membuat janji yang signifikan untuk berinvestasi di sektor infrastruktur. Ia menambahkan pertemuan tersebut merupakan "langkah signifikan untuk membuat Pasifik lebih aman dan sejahtera".
Biden berjanji untuk bekerja sama dengan Kongres untuk menyediakan dana sebesar 200 juta dolar AS untuk proyek-proyek yang bertujuan untuk mengurangi dampak perubahan iklim, memacu pertumbuhan ekonomi, memerangi penangkapan ikan ilegal, dan meningkatkan kesehatan masyarakat di kawasan tersebut.
Di Majelis Sidang Umum PBB di New York, Sogavare memuji kerja sama pembangunan dengan Cina "tidak terlalu membatasi".