REPUBLIKA.CO.ID, KINSHASA – Pemenang Nobel Perdamaian 2018, Denis Mukwege, akan maju dalam pemilihan presiden (pilpres) di Republik Demokratik Kongo. Pilpres diagendakan digelar pada Desember mendatang.
“Saya melakukannya bukan demi kepentingan atau kekuasaan, tapi untuk menyelamatkan tanah air saya. Saya tidak akan menunggu sampai tahun 2028. Besok sudah terlambat, saya akan berangkat sekarang,” kata Mukwege dalam pengumuman publiknya, Senin (2/10/2023), dikutip Anadolu Agency.
Ginekolog bedah berusia 68 tahun itu menyebut dirinya sebagai warga negara yang marah. Mukwege berjanji akan bekerja keras jika terpilih dalam pilpres di negara yang menghadapi pemberontakan bersenjata tersebut. Konflik bersenjata mematikan di sana telah memaksa jutaan orang meninggalkan rumah mereka.
Mukwege mengatakan akan secara resmi mengajukan dokumen pencalonannya sebagai kandidat independen ke Komisi Pemilihan Umum Nasional Independen Kongo (CENI) pada Selasa (2/10/2023). Dia didukung oleh Alliance of Congolese for the Refoundation of the Nation (ACRN), sebuah koalisi politik baru yang dibentuk tahun ini dan dipimpin oleh Pendeta Roger Puati.
Menurut sejumlah pengamat lokal, pencalonan Mukwege bukanlah hal yang mengejutkan. Hal itu mengingat dukungan finansial yang ia terima sebelumnya dari penduduk setempat. Dalam berbagai pidato publiknya, Mukwege sering menyerukan revolusi demokrasi dan mendesak masyarakat berpartisipasi dalam pemilu.
Mukwege dipandang hendak melanjutkan perjuangannya untuk hak-hak perempuan dan melawan kekerasan seksual. Mukwege dan aktivis Yazidi Nadia Murad dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada 2018. Penghargaan itu diberikan atas upaya mereka memerangi penggunaan kekerasan seksual sebagai senjata perang.
Komite Nobel mengungkapkan, Mukwege telah mendedikasikan hidupnya untuk membela para korban kekerasan seksual di masa perang. Mukwege bersama timnya disebut telah menyelamatkan ribuan pasien yang menjadi korban kekerasan seksual.