REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Ebrahim Raisi memperingatkan dunia Muslim akan balas kejahatan yang dilakukan di Palestina dan Gaza. Penyataan ini muncul setelah sebuah roket menghantam kompleks rumah sakit di Gaza yang dilanda perang.
“Dengan adanya serangan terhadap rumah sakit, akhir dari rezim Zionis (Israel) akan dimulai,” kata Raisi kepada ribuan orang yang berkumpul di pusat kota Teheran dalam solidaritas terhadap Palestina dikutip dari Al Arabiyah.
“Setiap tetes darah yang tertumpah dari rakyat Palestina membawa rezim Zionis selangkah lebih dekat menuju kejatuhannya,” ujar Raisi.
Raisi juga menuduh Amerika Serikat (AS) menjadi kaki tangan kejahatan Israel. “Masyarakat dunia menganggap Amerika sebagai kaki tangan kejahatan rezim Zionis,” ujarnya.
Dalam pidatonya di rapat umum di Teheran, Raisi menyerukan penghentian pemboman di Jalur Gaza. Dia meminta agar diakhirinya pengepungan daerah kantong tersebut dan pengiriman bantuan kepada rakyat Palestina.
Ribuan orang di Teheran terlihat di televisi pemerintah mengibarkan bendera Iran, Palestina, dan kelompok Hizbullah Lebanon yang bersekutu dengan Iran. Mereka meneriakkan slogan-slogan dan membentangkan spanduk bertuliskan “Hancurkan Amerika”, “Hancurkan Israel”, dan “Palestina akan dibebaskan” saat mereka melakukan aksi.
Otoritas kesehatan di Gaza yang diperintah oleh kelompok Hamas yang didukung Iran mengatakan, serangan rumah sakit tersebut membunuh sedikitnya 471 orang dan disebabkan oleh gelombang serangan udara Israel terbaru. Tentara Israel kemudian menyalahkan militan Palestina dengan mengatakan, bahwa mereka mempunyai bukti yang menunjukkan bahwa roket Jihad Islam yang diluncurkan tidak berhasil ditembakan.
Sedangkan kelompok yang bermarkas di Gaza ini membantah bahwa ada roket yang terlibat dalam ledakan rumah sakit tersebut. Kelompok itu mengatakan, tidak melakukan aktivitas apa pun di atau sekitar Kota Gaza pada saat itu.
AS telah memveto resolusi di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyerukan jeda dalam pertempuran agar bantuan kemanusiaan dapat masuk ke Gaza. AS merupakan satu-satunya negara yang memberikan suara menentang resolusi dengan 12 anggota memberikan suara setuju dan Rusia serta Inggris memilih abstain.