Organisasi Kesehatan Dunia sebelumnya telah memperingatkan, lebih dari separuh fasilitas layanan kesehatan primer, dan sekitar satu dari setiap tiga rumah sakit, berhenti berfungsi. Staf rumah sakit yang kewalahan harus berjuang untuk menangani kasus-kasus karena gelombang korban luka yang terus berdatangan.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan, banyak orang yang terluka terbaring di tanah tanpa intervensi medis dasar dan yang lain menunggu berhari-hari untuk dioperasi karena begitu banyak kasus kritis. “Situasi di Jalur Gaza semakin menodai hati nurani kita. Tingkat kematian dan cedera pada anak-anak sungguh mencengangkan,” kata Khodr.
“Yang lebih menakutkan adalah kenyataan bahwa kecuali ketegangan mereda, dan kecuali bantuan kemanusiaan diperbolehkan, termasuk makanan, air, pasokan medis dan bahan bakar, jumlah korban jiwa setiap hari akan terus meningkat," ujarnya.
Tepi Barat juga menyaksikan peningkatan jumlah korban jiwa yang mengkhawatirkan. Laporan UNICEF menunjukan, hampir seratus warga Palestina dilaporkan kehilangan nyawa, termasuk 28 anak-anak, dan setidaknya 160 anak dilaporkan menderita luka-luka.
Bahkan sebelum 7 Oktober, anak-anak di Tepi Barat sudah bergulat dengan kekerasan terkait konflik tingkat tertinggi dalam dua dekade. Konflik ini mengakibatkan terbunuhnya 41 anak Palestina.